Jakarta, CNN Indonesia --
Meski sama-sama orang Asia, tapi pria China, Korea Selatan, Thailand, dan negara Asia lain bisa tumbuh lebih tinggi ketimbang pria Indonesia. Anak Indonesia juga bisa punya tinggi badan di atas rata-rata dengan memperhatikan sejumlah tips berikut.
Apakah Anda pernah membandingkan tinggi badan orang Indonesia dengan warga negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, China, bahkan Thailand? Mungkin Anda menyadari bahwa tinggi badan orang Indonesia cenderung lebih rendah.
Meski tak sedikit yang memiliki postur tinggi, tapi rata-rata tinggi badan orang Indonesia masih berkisar antara 160-170 cm. Angka tersebut tentu jauh tertinggal dibandingkan tetangga regional yang bisa memiliki rata-rata tinggi hingga 180-190 cm untuk pria dewasa di beberapa kota besar Asia Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa penyebabnya? Apakah orang Indonesia memang 'ditakdirkan' lebih pendek? Atau ada hal-hal yang sebenarnya bisa dioptimalkan sejak dini?
Dokter Spesialis Gizi Johanes Chandrawinata mengatakan, ada banyak faktor yang memengaruhi tinggi badan seseorang. Salah satu yang paling signifikan adalah genetik.
"Faktor genetik itu sekitar 80 persen. Namun, sisa 20 persen lainnya berasal dari lingkungan, terutama nutrisi dan aktivitas fisik, yang berarti masih ada ruang cukup besar untuk "mengusahakan" tinggi badan optimal, terutama pada anak-anak dan remaja," kata Johanes saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (9/7).
Oleh karena itu, meskipun bukan dari keluarga 'gen tinggi' anak sebenarnya tetap bisa memiliki tinggi badan optimal saat dewasa. Johanes pun membagikan beberapa cara mudah yang bisa dilakukan anak dan orang tua agar tinggi badannya optimal.
1. Nutrisi seimbang sejak dini
Pertumbuhan tinggi badan dimulai sejak bayi dan terus berlangsung hingga masa remaja. Nutrisi menjadi pondasi utama. Johanes menyarankan anak-anak sebaiknya mendapatkan:
- Protein berkualitas tinggi seperti ikan, telur, daging tanpa lemak, tahu, dan tempe.
- Sayuran dan buah utuh (bukan dalam bentuk jus) untuk asupan vitamin dan mineral.
- Padi-padian utuh tinggi serat seperti beras merah, gandum, dan oats.
- Lemak sehat dari minyak zaitun, minyak canola, alpukat, dan kacang-kacangan.
"Hindari konsumsi gula berlebihan, lemak jenuh, dan lemak trans yang justru bisa mengganggu proses metabolisme dan pertumbuhan," imbuhnya.
2. Cukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D
Ilustrasi. Yogurt merupakan salah satu sumber vitamin D yang mendukung pertumbuhan dan kekuatan tulang. (Shinta Khoiru Nikmah)
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan dan kekuatan tulang. Untuk remaja, kebutuhan harian mencapai 1.200-1.500 mg, sementara orang dewasa membutuhkan sekitar 1.000-1.200 mg.
Kalsium bisa diperoleh dari susu, keju, yogurt, tahu, tempe, dan sayuran berdaun hijau. Sementara itu, vitamin D membantu penyerapan kalsium dengan baik.
Sumber vitamin D meliputi, ikan berlemak seperti tuna dan salmon, kuning telur, dan paparan sinar matahari pagi selama 10-15 menit per hari.
3. Tidur yang cukup dan berkualitas
Hormon pertumbuhan (growth hormone) sebagian besar dilepaskan saat tidur. Oleh karena itu, tidur yang cukup menjadi faktor penting dalam proses pertumbuhan tinggi badan. Berikut panduan jam tidur ideal:
- Anak usia 6-13 tahun: 9-12 jam per malam
- Remaja usia 14-17 tahun: 8-10 jam
- Dewasa usia 18-64 tahun: 7-9 jam
"Tidur larut malam atau tidur yang tidak nyenyak dapat menghambat produksi hormon pertumbuhan," kata Johanes.
4. Aktivitas fisik dan olahraga rutin
Olahraga membantu merangsang pertumbuhan tulang dan otot.
Aktivitas fisik seperti, lompat tali, renang, basket, bersepeda, hingga yoga atau peregangan ringan dapat memberikan stimulasi mekanis pada tulang, yang membantu mempercepat pertumbuhan terutama jika dilakukan secara konsisten sejak masa kanak-kanak hingga pubertas.
5. Waspadai waktu pubertas
Masa pubertas adalah 'jendela emas' pertumbuhan tinggi badan. Pada remaja perempuan, fase pertumbuhan pesat umumnya terjadi antara usia 12-14 tahun, sedangkan pada remaja laki-laki lebih lambat, sekitar usia 14-16 tahun. Setelah melewati masa ini, pertumbuhan akan melambat dan akhirnya berhenti.
Oleh karenanya, upaya peningkatan tinggi badan harus dioptimalkan sebelum usia 18 tahun, karena setelah pubertas berakhir, peluang bertambah tinggi secara alami menjadi sangat kecil.
6. Perbaiki pola asuh dan lingkungan
Asupan nutrisi saja tidak cukup bila anak tumbuh di lingkungan yang penuh tekanan, kurang stimulasi, atau mengalami kekurangan gizi kronis akibat ekonomi yang tidak mendukung.
Pola asuh yang penuh perhatian, dorongan untuk bergerak aktif, dan ketercukupan nutrisi sangat berperan dalam tumbuh kembang optimal.
(tis/els)