CNN Indonesia
Minggu, 28 Des 2025 14:40 WIB
Ilustrasi. (istockphoto/blackred)
Jakarta, CNN Indonesia --
Dua negara komunis terbesar di dunia pada abad 20, Uni Soviet (kini Rusia) dan China, ternyata tidak selalu akur.
Diam-diam kedua negara ini juga sering terlibat perseteruan terutama pada tahun 1950-an, dipicu oleh persaingan pengaruh global dan sengketa perbatasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China kala itu dipimpin oleh Mao Zedong dan Rusia dipimpin Nikita Kruschev. Pada 21 Juli 1958, Kruschev tiba di Beijing untuk kunjungan rahasia.
Kunjungan ini jelas untuk bertemu sang ketua Mao. Namun, seperti dituturkan dalam buku "Kehidupan Pribadi Ketua Mao" karya Li Zhi Sui, Mao menangkap maksud tersembunyi dari kedatangan pemimpin Rusia itu.
"Tujuan mereka yang sebenarnya adalah untuk mengendalikan kita," kata Mao.
"Mereka mencoba membelenggu kaki dan tangan-tangan kita," ujarnya lagi.
Rusia pun dituding hanya memanfaatkan China dalam meningkatkan hubungan dengan Amerika Serikat. Tapi sebagai seorang pemipin, Mao tetap menjamu Kruschev.
Mao mengajak sahabatnya itu untuk berbincang di kolam renang rumah pribadi Mao. Mao yang suka berenang itu sudah berada di tepi kolam renang sambil mengenakan baju renang.
Mao pun menawarkan Kruschev untuk memakai celana renang, yang banyak tersedia di kamar ganti. Tanpa diduga, Kruschev bersedia mengenakan celana renang dan diajak berenang.
Padahal Kruschev tidak bisa berenang. Akibatnya, pengaman dalam air dan pengawal presiden bersiaga di sana kalau terjadi apa-apa.
Sepintas tidak ada yang janggal dari pertemuan dua pemimpin itu. Namun setelah pulang ke negaranya, Kruschev mengemukakan unek-uneknya bahwa dia merasa terhina dengan perilaku Mao yang mengajaknya berenang.
Sehingga pembicaraan serius pun jadi tersendat. Akibatnya, rencana Kruschev yang akan tinggal seminggu di negeri tirai bambu itu, dipersingkat tiga hari saja.
Kepada orang terdekatnya, Mao mengakui bahwa dia memang memperlalukan Kruschev seperri seorang barbar yang datang untuk memberi upeti.
"Inilah salah satu cara untuk memberi pelajaran kepadanya," kata Mao bangga.
(imf/bac)

















































