Ini Kata-kata Brasil saat Dengar Kematian Juliana Marins di Rinjani

7 hours ago 7

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Brasil sempat buka suara soal Juliana Marins yang tewas dalam saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada akhir Juni lalu.

Pernyataan itu tertuang dalam rilis resmi Kementerian Luar Negeri Brasil yang dipublikasikan pada Selasa (24/6) lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah Brasil mengumumkan, dengan duka mendalam, kematian turis Brasil Juliana Marins, yang jatuh dari tebing di sekitar jalan setapak dekat kawah Gunung Rinjani (3.726 meter), gunung berapi yang terletak sekitar 1.200 km dari Jakarta, di Pulau Lombok," demikian pernyataan tersebut.

Kemlu Brasil lalu mengatakan upaya pencarian berlangsung selama empat hari. Selama proses itu, mereka mengakui bahwa cuaca buruk, medan, dan kondisi jarak pandang jadi masalah tersendiri bagi upaya penyelamatan Marins.

"Kedutaan Besar Brasil di Jakarta mengerahkan otoritas setempat pada tingkat tertinggi untuk mendukung upaya penyelamatan dan telah memantau secara ketat operasi pencarian sejak Jumat malam, ketika diberitahu tentang jatuhnya di Gunung Rinjani," lanjut mereka.

Kemlu Brasil juga menyatakan Brasilia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan para pendaki atas kehilangan besar imbas insiden tersebut.

Marins tewas usai terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni sekitar pukul 06.30 WITA. Tim SAR gabungan baru menemukan korban pada 23 Juni pukul 07.05 WITA, atau dua hari setelah insiden.

Lalu pada 24 Juni, tim berhasil menjangkau korban yang berada di kedalaman 600 meter. Namun, jenazah Marins baru berhasil dievakuasi pada 25 Juni dengan cara diangkat dari kedalaman 600 meter.

Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit mengatakan hasil autopsi menunjukkan Marins meninggal dunia 20 menit setelah jatuh.

Jenazah Marins lalu diterbangkan ke Brasil dan tiba di Sao Paulo pada 1 Juli. Keluarga, melalui pengacara pembela HAM dan lembaga terkait meminta autopsi ulang.

Autopsi ulang lalu dilakukan pada Rabu untuk memastikan waktu dan penyebab kematian Marins.

Ada dugaan Marins jatuh dua kali dalam insiden tersebut. Di hari pertama dia jatuh saat mendaki, dan keesokan harinya kemungkinan besar pendaki itu jatuh lagi.

Hipotesis utama menyebutkan salah satu jatuh itu menyebabkan cedera yang menyebabkan kematian. Pakar forensik memperkirakan Marins meninggal pada 24 atau 25 Juni.

Brasil bahkan berencana menempuh jalur hukum jika hasil autopsi kedua mendiang Juliana Marins menunjukkan ada kelalaian yang menyebabkan perempuan 26 tahun itu meninggal dunia.

Advokat HAM dari Kantor Federal Pembela Publik Brasil (Federal Public Defender's Office/DPU), Taisa Bittencourt, mengatakan otoritas Brasil tengah melakukan autopsi ulang kepada Marins setelah mendapat permintaan dari pihak keluarga.

Bittencourt menuturkan hasil autopsi ini akan menentukan apakah otoritas Brasil akan mengajukan penyelidikan internasional atas kematian Marins atau tidak.

"Kami menunggu laporan (dari pihak Indonesia) dan setelah laporan ini sampai di kami, kami akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Autopsi kedua ini adalah atas permintaan keluarga Juliana," ucap Bittencourt seperti dikutip media lokal Globo.

Namun, Menko Kumham Imipas Yusril Ihza Mahendra menegaskan sejauh ini Brasil tidak mengirimkan nota diplomatik yang mempertanyakan insiden kematian Juliana Marins. 

Hal tersebut disampaikan Yusril merespons kabar adanya rencana pemerintah Brasil yang hendak menempuh jalur hukum terkait dugaan kelalaian dalam kasus kecelakaan Juliana.

"Pemerintah memastikan bahwa belum pernah menerima surat atau nota diplomatik apapun dari Pemerintah Brasil yang mempertanyakan insiden kematian Juliana Marins," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (4/7).

(isa/rds)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |