Jakarta, CNN Indonesia --
Malam 1 Suro adalah malam yang kental dalam tradisi budaya Jawa. Waktu ini menjadi penanda awal bulan Suro atau Sura.
1 Suro juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam penanggalan Hijriyah atau penanggalan Islam. Bedanya, Suro berasal dari penanggalan kalender Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut penjelasan mengenai apa itu malam 1 Suro atau bulan Sura dalam Islam dan masyarakat Jawa, kapan malam 1 Suro 2025, serta mitosnya.
Apa itu malam 1 Suro?
Malam 1 Suro adalah malam menjelang tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa, yang secara umum bertepatan dengan malam 1 Muharram dalam kalender Islam.
Sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan dari 1 Suro dan 1 Muharram. Keduanya sama-sama bulan pertama pada tahun baru dan jatuh di tanggal yang bersamaan.
Namun, 1 Suro erat kaitannya dengan peringatan Tahun Baru Jawa. Penanggalan pada kalender Jawa sendiri memiliki sistem yang sama dengan kalender Islam.
Pada kalender Jawa dan kalender Islam, penanggalannya dimulai setelah matahari terbenam atau pada waktu Magrib. Hal ini berbeda dengan kalender Masehi yang pergantian tanggalnya terjadi pada pukul 00.00.
Tanggal malam 1 Suro 2025
Bulan Suro atau Muharam tahun ini jatuh pada akhir bulan Juni hingga pertengahan Juli. Tepatnya, malam 1 Suro dimulai sejak Kamis, 26 Juni 2025 malam.
Sementara itu, awal Muharram tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025, tanggal 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025 dan ditetapkan sebagai libur nasional dalam memperingati Tahun Baru Islam.
Bulan Suro dalam Islam
Dalam Islam, bulan Suro sama dengan bulan Muharram yang menandai pergantian tahun. Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram atau mulia.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah [ketetapan] agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS At Taubah ayat 36)
Islam juga memandang Muharam sebagai syahrullah atau bulan Allah. Bulan ini sangat istimewa bahkan disandarkan dengan lafaz Allah yang tidak ditemui pada bulan lainnya.
Bulan Muharram juga merupakan bulan yang memiliki banyak pahala. Umat Islam dianjurkan menjalani ibadah puasa sunah di bulan ini.
Bulan Suro bagi masyarakat Jawa
Sementara itu, tanggal 1 Suro yang dikenal sebagai hari sakral masyarakat Jawa merupakan hari pertama pada kalender Jawa. Tentu tidak jauh berbeda dengan pemaknaan 1 Muharam bagi umat Islam.
Dilansir dari NU Online, kata 'suro' berasal dari kata 'asyura' dalam bahasa Arab. Hal ini pertama kali diinisiasi oleh Sultan Agung, pemimpin Kerajaan Mataram Islam. Ia menggabungkan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka.
Dinamakan Suro karena tujuannya agar perayaan tahun baru umat Islam dapat digelar secara bersamaan dan menjadi cara untuk mempersatukan masyarakat Jawa yang terpecah.
Mitos malam 1 Suro
Mitos-mitos mengenai malam 1 Suro pun begitu populer di tengah masyarakat. Terdapat sejumlah pantangan untuk melakukan kegiatan penting di bulan Suro, khususnya pada tanggal tersebut.
Meskipun tidak ada landasan dalam agama Islam mengenai malam 1 Suro, tetapi masih ada sebagian masyarakat yang memercayai mitos terkait dengan malam tersebut. Beberapa pantangan yang kerap dikaitkan dengan mitos malam 1 Suro, sebagai berikut.
1. Larangan keluar di malam hari
Pada malam 1 Suro, masyarakat dianjurkan tetap di rumah karena keluar malam dipercaya membawa kesialan.
2. Larangan mengadakan pesta atau hajatan
Menggelar acara seperti pernikahan atau sunatan di bulan Suro dianggap pamali karena diyakini mendatangkan musibah.
Dalam Islam, tidak ada larangan menikah di bulan Muharram, tetapi masyarakat Jawa menghindarinya karena nilai sosial dianggap lebih utama di bulan ini.
3. Dilarang berisik atau bicara
Ritual tapa bisu dilakukan di malam 1 Suro, biasanya di tempat sakral seperti sekitar Keraton Yogyakarta, dengan tidak berbicara atau bersuara.
4. Larangan berkata kasar
Ucapan buruk diyakini bisa menjadi kenyataan di malam 1 Suro. Masyarakat juga percaya makhluk halus lebih aktif saat itu dan mencari orang yang tidak waspada.
5. Larangan pindahan atau membangun rumah
Memulai pindahan atau pembangunan rumah di malam Suro dipercaya membawa sial sehingga dihindari oleh banyak orang Jawa.
Percaya atau tidak mengenai tradisi dan mitos malam 1 Suro ini, sepenuhnya kembali pada adat dan keyakinan masing-masing. Selama pantangan tersebut tidak bertentangan dengan akidah, maka menjalankannya tidak menjadi masalah.
Hal yang terpenting adalah tetap menjaga sikap saling menghargai. Bagi yang memilih mengikuti tradisi, hal itu bisa menjadi cara untuk memperkuat identitas budaya. Bagi yang tidak mempercayainya, cukup bersikap bijak dan tidak meremehkan keyakinan orang lain.
Itulah penjelasan mengenai malam 1 Suro dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram sebagai Tahun Baru Islam.
(avd/juh)