CNN Indonesia
Sabtu, 19 Jul 2025 20:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Microsoft menyebut personel mereka yang berbasis di China menghentikan dukungan teknis untuk sistem Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DoD). Langkah ini dilakukan setelah situs berita investigasi ProPublica mengungkapkan praktik tersebut awal pekan ini.
Kepala Pentagon Pete Hegseth mengonfirmasi bahwa pekerjaan pada layanan cloud Departemen Pertahanan telah dialihdayakan kepada pekerja di China. Ia menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan memiliki "keterlibatan apa pun" dengan sistem Departemen Pertahanan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Microsoft telah membuat perubahan pada dukungan untuk pelanggan Pemerintah AS untuk memastikan bahwa tidak ada tim teknik yang berbasis di China yang memberikan bantuan teknis untuk cloud Pemerintah Departemen Pertahanan dan layanan terkait," ujar kepala komunikasi perusahaan, Frank Shaw, dalam sebuah posting di X, Sabtu (19/7).
Pada Selasa (15/7), ProPublica melaporkan bahwa raksasa teknologi tersebut menggunakan insinyur yang berbasis di China untuk memelihara sistem komputer Pentagon, dengan pengawasan terbatas oleh personel AS yang sering kali tidak memiliki keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara efektif.
Senator AS Tom Cotton meminta Hegseth untuk menyelidiki masalah ini lewat sebuah surat pada Kamis (17/7), dan kepala Pentagon menjawab bahwa ia akan melakukannya.
Hegseth kemudian memposting sebuah video di X pada Jumat (18/7) malam yang mengatakan soal penggunaan tenaga kerja China oleh beberapa perusahaan.
"Ternyata beberapa perusahaan teknologi telah menggunakan tenaga kerja China yang murah untuk membantu layanan cloud DoD. Hal ini jelas tidak dapat diterima, terutama dalam lingkungan ancaman digital saat ini," katanya.
"Atas arahan saya, departemen akan... memulai - secepat mungkin - peninjauan selama dua minggu, atau lebih cepat, untuk memastikan bahwa apa yang kami temukan tidak terjadi di tempat lain di seluruh DoD," tambahnya.
Hegseth mengatakan pihaknya akan terus memantau dan melawan semua ancaman terhadap infrastruktur militer AS.
"Kami akan terus memantau dan melawan semua ancaman terhadap infrastruktur militer dan jaringan online kami," katanya.
"(Terima kasih) semua warga Amerika di luar sana di media dan di tempat lain yang telah mengangkat masalah ini sehingga kami dapat mengatasinya," tandasnya.
(lom/dmi)