Simfoni Ole Romeny, Mimpi Maliki, dan Industri Prestasi Piala Presiden

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Selebrasi gol 'heads up' Ole Romeny jadi simfoni akan mimpi-mimpi dalam geliat industri prestasi sepak bola selama perhelatan Piala Presiden 2025.

Selama Piala Presiden 2025, atraksi 'heads up' dua kali dipertontonkan Romeny. Pertama, usai mencetak gol ke gawang Liga Indonesia All Star dan kedua usai gol ke gawang Arema FC.

Ketika diterpa cedera, Romeny juga tetap berbagi keteguhan. Winger Oxford United ini tak mengutuk keadaan. Pesan-pesan yang diperolehnya selama turnamen pramusim ini malah dijadikan kekuatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sayangnya saya akan absen untuk beberapa waktu, tetapi saya akan melakukan segalanya agar bisa kembali secepat mungkin. Selalu tegakkan kepala," kata Romeny.

Bukan sekadar tren, selebrasi angkat dagu itu jadi inspirasi. Anak-anak sekolah sepak bola (SSB) yang hadir saat pembukaan dan penutupan Piala Presiden 2025 menunjukkan itu.

Maliki, bocah asal Ciracas, Jakarta Timur, salah satunya. Bocah kelas tiga sekolah dasar (SD) ini terinspirasi dengan falsafah hidup yang ditunjukkan Romeny lewat selebrasinya.

"Saya suka Ole. Saya sama kawan-kawan kalau cetak gol selebrasi angkat dagu. Bukan 'siuuu' Ronaldo lagi. Semoga nanti saya bisa kayak dia," kata Maliki di pembukaan Piala Presiden 2025.

Maliki lainnya mengutarakan hal sama. Bocah kelas lima SD di Bandung ini menyebut Romeny sebagai idola. Sayang, dalam penutupan Piala Presiden 2025 di Bandung, Romeny tak hadir.

"Sebenarnya mau nonton Ole cetak gol lagi. Dia cedera ya? Gak bisa main, katanya. Kalau saya suka sama selebrasi gol Ole karena itu memotivasi saya untuk terus berjuang," kata Maliki.

Inilah simfoni itu. Satu aksi selebrasi, memberi inspirasi satu generasi. Pemain Timnas Indonesia ini seperti sedang menanam benih prestasi ke akar rumput sepak bola Indonesia.

Satu Dekade Membangun Industri

Piala Presiden mungkin bukan proyek mercusuar, tetapi turnamen yang sudah berjalan satu dekade ini, dari 2015 hingga 2025, memberi contoh konkret bagaimana industri dibangun.

Sejak edisi pertama, inovasi demi inovasi dilahirkan. Pada edisi pertama misalnya, laga final berlangsung di Jakarta, meski yang tampil di final adalah Persib Bandung.

Ketika itu sampai ada status siaga satu dari kepolisian. Ini menjadi simbol bahwa sepak bola adalah industri yang harus dibangun. Saat ada rintangan, semua bersatu; bahu membahu.

Terbaru, atau dalam edisi ketujuh, ajang pramusim ini mengundang dua klub luar negeri, yakni Oxford United asal Inggris dan Port FC dari Thailand. Terobosan ini sejalan dengan industri global.

Maruarar Sirait, Steering Committee (OC) Piala Presiden 2025, berjanji akan mengundang klub luar negeri lainnya dalam Piala Presiden 2026. Karena itu ia minta doa dan dukungan semua pihak.

"Ini kan pertama kali ada dari Inggris sama Thailand datang. Mereka dua-duanya masuk final, jadi kita mau buat sejarah yang baik," kata Maruarar di Stadion Si Jalak Harupat.

"Seperti arahan Presiden Prabowo, prestasi tingkatkan, harus fair play. Doain suatu saat kita bisa hadirkan, kamu yang mau datang siapa? [jawaban, Real Madrid, Liverpool]. Doain, ya."

Rahmad Darmawan, pelatih tim Liga Indonesia All Star di Piala Presiden 2025, berharap turnamen dengan mengundang klub luar negeri dipertahankan. Hadirnya klub luar bisa memompa prestasi.

"Ini harapan saya, kembali dihidupkan, di Piala Presiden mendatang undang tim lebih bagus lagi karena ini penting membangun konfidensi pemain," ucap Rahmad di Jakarta.

Rutin Undang Klub Internasional

Pelatih Port FC Alexandre da Gama dengan tegas mengatakan Piala Presiden 2025 dikemas dengan sangat profesional. Semua kebutuhan Port terpenuhi dengan baik.

Oleh karena itu Gama meminta tim asuhannya tampil total. Hasilnya, Port menjadi juara Piala Presiden 2025 usai mengalahkan Oxford United dengan skor 2-1 di Bandung, Minggu (13/7).

"Kompetisi ini luar biasa. Organisasinya, semuanya top. Apa yang kita butuhkan di sini? Hotel, makanan, lapangan latihan yang bagus. Kita juga dapat pelayanan transportasi," kata Da Gama.

Terlepas dari pujian itu, gambar laga final antara Port FC kontra Oxford United terlihat kurang nyaman di mata. Pasalnya lapangan pertandingan tergenang air hujan.

Jika tahun depan Piala Presiden digelar lagi, kurasi pemilihan stadion lebih diperketat. Pasalnya, sejumlah tim, apalagi dari Eropa, tak terbiasa dengan lapangan yang tidak rata.

Seperti kisah Romeny di Piala Presiden 2025 yang menginspirasi generasi muda, turnamen pramusim ini sepantasnya menjadi simfoni sepak bola Indonesia di pentas global.

[Gambas:Video CNN]

(har)

Read Entire Article
| | | |