Singapura Dilanda Suhu Ekstrem, Anak Sekolah Kesulitan Belajar

1 day ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Anak-anak sekolah di Singapura kesulitan belajar karena suhu panas ekstrem beberapa waktu terakhir. Mei dan Juni selalu menjadi waktu terpanas di negeri Singa.

Clement Tan bercerita soal dua anaknya yang bersekolah di SD Fairfield Methodist. Tan membekali kedua anaknya itu dengan kipas portabel.

"Sekolah mereka ada di gedung lama dan saya pernah ke sana untuk sesi pertemuan dengan orang tua. Kipas-kipas angin tidak memberikan ventilasi ke seluruh ruangan dan ini visa membuat ketidaknyamanan di beberapa sudut ruang kelas," kata Clement, dilansir Channel News Asia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keadaan diperparah dengan eksim yang dialami anak-anak Clement. Kulit mereka gatal, kering, dan bentol-bentol jika udara panas. Kondisi suhu panas ekstrem Singapura membuat eksim mereka kambuh.

Kegusaran Clement juga disampaikan sejumlah orang tua murid. Kemampuan belajar anak-anak mereka terganggu karena cuaca yang begitu panas.

Anak-anak susah fokus karena lebih sering mengipasi badan dengan kertas, bergerak-gerak di kursi mereka, hingga sibuk mengusap keringat.

Rynette Joyce Tan, ibu beranak empat yang juga pendiri platform edukasi kelahiran13Thirteen, menyebut bahwa suhu panas ekstrem membuat anak-anaknya lebih mudah marah

"Mereka komplain sering menjadi gatal-gatal dan cepat marah karena merasa kegerahan. Mereka mudah gelisah dan cenderung tidak bicara baik kepada orang lain," ujar Rynette.

Dia melihat anak-anaknya juga mudah lelah setelah pulang sekolah karena kepanasan. Mereka biasanya pulang-pergi menggunakan bus, tapi akhir-akhir ini mereka minta diantar jemput menggunakan mobil pribadi.

Singapura telah mengalami enam kali gelombang panas sepanjang sejarah, terakhir pada 2016. Gelombang panas adalah ketika suhu terpanas harian menembus 35 derajat Celsius selama tiga hari berturut-turut dan rata-rata suhu harian setidaknya 29 derajat Celsius.

Ilustrasi cuaca panasIlustrasi. Anak-anak sekolah di Singapura kesulitan belajar karena suhu panas ekstrem. (iStock/PraewBlackWhile)

Gangguan panas ekstrem terhadap kemampuan belajar bukan hanya dugaan para orang tua. Penelitian menunjukkan, cuaca panas ekstrem bisa memengaruhi kemampuan belajar anak-anak.

Dekan Departemen Ekonomi Universitas Nasional Singapura (NUS) Alberto Salvo meneliti dampak panas ekstrem terhadap performa akademis mahasiswa pada 2005-2019.

Penelitian itu menunjukkan ada penurunan performa akademis sekitar 1,5 persen pada saat suhu lebih panas dari biasanya.

Meski studi itu berfokus pada mahasiswa, Salvo berharap Pemerintah Singapura menjadikannya acuan untuk melihat dampak terhadap pelajar yang lebih muda.

Senada, Wang Jingyu dari Institusi Pendidikan Nasional (NIE) Universitas Teknologi Nanyang (NTU) mengatakan, sejumlah penelitian mengungkap penurunan skor kemampuan kognitif secara signifikan saat suhu tinggi.

"Paparan panas berkepanjangan dalam ruang kelas tanpa AC bia meningkatkan kelelahan dan penurunan partisipasi," ujar Jingyu.

Kementerian Pendidikan Singapura memahami pentingnya menyediakan ruang belajar yang kondusif bagi siswa di sekolah.

"Berusaha agar sekolah-sekolah kami menjadi berkelanjutan secara lingkungan dalam operasinya," ujar Kementerian Pendidikan Singapura.

Kementerian juga memaparkan rencana desain ruang kelas yang memiliki ventilasi alami tanpa AC. Misalnya, menempatkan ruang kelas dengan orientasi utara-selatan untuk meminimalisir peningkatan suhu panas.

Selain itu, pemanfaatan ventilasi silang alami melalui pelindung sinar matahari, kipas angin, dan jendela.

(dhf/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |