Jakarta, CNN Indonesia --
Superman kembali, dan kali ini ia tak hanya menyelamatkan dunia, tapi juga menyelamatkan box office Hollywood dari kejenuhan film superhero.
Film terbaru Superman garapan Warner Bros. Pictures melesat tinggi di pekan perdananya, dengan perkiraan pendapatan akhir pekan mencapai US$130 juta atau sekitar Rp2,1 triliun. Jumlah ini jauh melampaui ekspektasi awal, membuktikan bahwa sosok pahlawan berjubah merah biru ini masih memiliki daya tarik luar biasa di hati penonton.
Pada hari Jumat saja, film ini meraup sekitar US$56,5 juta (sekitar Rp921 miliar), ditambah US$22,5 juta (Rp367 miliar) dari penayangan awal Kamis malam. Angka tersebut menandai pembukaan yang mengesankan, terlebih di tengah tren penurunan minat terhadap film superhero dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Shawn Robbins, direktur analitik Fandango dan pendiri Box Office Theory, "Superman" adalah salah satu film paling sulit diprediksi performanya. Hal ini tak lepas dari menurunnya antusiasme terhadap genre superhero dan tantangan yang dihadapi DC Studios dalam menyaingi kesuksesan Marvel.
Namun James Gunn, co-CEO DC Studios sekaligus sutradara film ini, tampaknya sukses membalikkan arah angin. "Ini adalah Superman untuk era modern," ujar Paul Dergarabedian, analis media senior di Comscore mengutip CNN. "Film ini juga menjadi momentum reboot bagi DC Comics."
Awalnya, banyak analis memprediksi film ini hanya akan meraih sekitar US$90 juta (Rp1,46 triliun) di pekan pertama. Namun respons positif dari penonton dan kritikus terlihat dari skor 82 persen di Rotten Tomatoes dan 95 persen di Popcornmeter, mendorong lonjakan pendapatan secara signifikan.
Berbeda dengan adaptasi sebelumnya seperti Man of Steel (2013) karya Zack Snyder, versi terbaru ini hadir dengan nuansa lebih ringan, penuh optimisme, dan ramah untuk ditonton keluarga.
"Inilah yang membedakan film ini dengan superhero lain, tone-nya lebih cerah dan terasa menyenangkan," kata Robbins.
Kesuksesan "Superman" juga mendapat dorongan dari tren positif bioskop musim panas. Pekan sebelumnya, "Jurassic World Rebirth" mencetak pembukaan sebesar US$147 juta (Rp2,4 triliun), menandakan bahwa minat terhadap blockbuster masih tinggi.
"'Superman' seperti meneriakkan: 'Ini film popcorn musim panas yang wajib ditonton!' Dan itu formula yang sulit ditolak oleh penonton," tambah Dergarabedian.
Meski begitu, genre superhero sendiri sedang berada di titik kritis. Banyak film dalam dua dekade terakhir terasa repetitif. Film seperti "The Marvels" (2023) hanya meraih US$46 juta (Rp749 miliar) di akhir pekan pembuka yang terendah dalam sejarah Marvel. Sebaliknya, film R-rated seperti "Deadpool & Wolverine" pada Juli 2024 justru meroket hingga lebih dari US$200 juta (Rp3,26 triliun) di akhir pekan pembukanya.
Robbins menyebut bahwa faktor mulut ke mulut akan jadi penentu utama. "Ini semua soal ekspektasi, dan selalu seperti itu. Jika penonton puas, mereka akan merekomendasikan dan itulah yang membuat film bisa terus bertahan," pungkasnya.
(tst/mik)