Tak Cuma IQ, Caca Tengker Tekankan EQ Anak Juga Penting di Era Digital

4 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Tantangan pengasuhan anak di era digital bukan lagi soal membatasi screen time atau memilih sekolah terbaik. Bagi psikolog Caca Tengker mengatakan kunci tumbuh kembang anak yang sehat tak hanya terletak pada kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga pada kecerdasan emosional (EQ) yang sayangnya kerap diabaikan.

Dia menggambarkan bagaimana anak-anak zaman sekarang tumbuh dalam dunia yang sarat informasi sejak dini, bahkan sebelum mereka cukup dewasa untuk memilah mana yang sesuai dengan usianya.

"Lingkungan sosial mereka tetap membawa banyak informasi yang kadang belum siap mereka terima. Rasa ingin tahu mereka luar biasa. Tiba-tiba tahu joget Velocity, tahu tren TikTok, padahal kita enggak pernah tunjukkan itu semua," kata Caca saat menjadi pembicara dalam acara Press Launch Susu Formula Cair Bebelac yang digelar di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan, Kamis (19/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu dua anak ini memandang bahwa masa kecil anak adalah fondasi pembentukan emosi. Orang tua, kata Caca, harus lebih adaptif dan peka terhadap kebutuhan emosional anak.

Menurut dia, orang tua tidak bisa memaksakan standar lama ke anak yang tumbuh di dunia yang sama sekali baru.

Dia menyebut bahwa anak-anak masa kini tidak hanya perlu dibimbing secara akademik, tetapi juga secara emosional. Hal ini sejalan dengan teori psikologi perkembangan yang menekankan pentingnya pengasuhan responsif, yaitu pola asuh yang mengikuti irama kebutuhan anak, bukan sebaliknya.

"Kita ini bukan sekadar mendidik anak jadi pintar, tapi juga membekali mereka agar bisa memahami diri sendiri, bisa membaca emosi orang lain, dan membangun relasi yang sehat," tambah Caca.

Menurutnya, kecerdasan emosional sangat menentukan kualitas kehidupan sosial seseorang. Dia mencontohkan saat bertemu orang yang pintar tapi tidak enak diajak bicara, orang ini tentu lebih menonjol dari segi IQ tapi EQ nya kurang.

"Kita pasti lebih nyaman ketemu orang yang hangat, yang bisa diajak tukar pikiran, orang yang EQ nya tinggi bukan?" ujarnya.

Dalam psikologi, kecerdasan emosional meliputi kemampuan mengenali dan mengelola emosi diri sendiri, empati terhadap orang lain, serta keterampilan membina hubungan. Caca menilai bahwa semua kemampuan ini harus mulai dipupuk sejak anak masih kecil. Orang tua pun jadi pembimbing utamanya.

Ilustrasi anak bermain di lingkungan bebas/Freepik: pch.vectorIlustrasi. Caca menilai orang tua generasi sekarang perlu adaptif dengan kebutuhan anak. Orang tua tidak bisa memaksakan standar lama terhadap anak. (Nindya Putri Hermansyah)

"Saya ingin anak-anak saya jadi pribadi yang cerdas emosional, karena itu akan membuat mereka lebih mudah beradaptasi, lebih tangguh secara mental, dan lebih bijak dalam menyikapi berbagai situasi," kata Caca.

Menariknya, Caca juga menyebut bahwa dalam proses pengasuhan, bukan hanya anak yang belajar dari orang tua. Sebagai orang tua, dia justru banyak belajar dari anak. Anak-anak ini mengajari orang tua untuk jadi lebih sabar, lebih terbuka, dan lebih fleksibel.

Pandangan ini sejalan dengan pendekatan psikologi humanistik yang menekankan hubungan dua arah dalam pengasuhan, bahwa anak bukan sekadar objek pendidikan, tapi juga subjek yang aktif dan punya suara.

"Kita yang harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka, bukan memaksa mereka menyesuaikan dengan harapan kita," ucap Caca.

(tis/els)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |