Turun Salju di Gurun Terkering, Fenomena Apa Lagi Ini?

4 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Fenomena salju turun di gurun baru-baru ini terjadi dipicu ketidakstabilan atmosfer yang tidak biasa. Hujan salju yang langka di tempat terkering di Bumi ini telah menghentikan operasi salah satu teleskop utama di dunia.

Fenomena ini memicu kekhawatiran observatorium akan menghadapi lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem seperti ini di masa depan akibat perubahan iklim.

Salju menyelimuti sebagian Gurun Atacama, yang hanya menerima curah hujan kurang dari 25 mm per tahun dan merupakan rumah bagi Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), sebuah jaringan teleskop radio yang luas di Chili bagian utara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hujan salju terjadi di atas Fasilitas Pendukung Operasi ALMA, yang terletak di ketinggian 2.900 meter dan sekitar 1.700 kilometer di sebelah utara Santiago. Akibatnya, operasi ilmiah di fasilitas ini dihentikan sejak Kamis (26/6).

"Tidak ada catatan turunnya salju di base camp selama lebih dari 10 tahun. Tidak setiap hari turun salju di ALMA!" ujar Perwakilan ALMA, dikutip dari Live Science.

Array teleskop radio ALMA berada di Dataran Tinggi Chajnantor, dataran gurun di ketinggian 5.104 m di wilayah Antofagasta, Chili. Wilayah ini biasanya mengalami tiga kali hujan salju dalam setahun.

Raúl Cordero, ahli iklim di Universitas Santiago mengatakan dataran tinggi yang dibagi oleh Chili, Bolivia dan Peru ini biasanya mengalami badai salju selama dua musim, yakni pada bulan Februari, saat "Musim Dingin Altiplanik," yang didorong massa udara lembab dari Amazon; dan dari bulan Juni hingga Juli, saat musim dingin di Belahan Bumi Selatan.

"Pada musim dingin, beberapa badai dipicu uap air dari Pasifik, yang dapat memperpanjang curah hujan bahkan sampai ke daerah pesisir Gurun Atacama," kata Cordero.

Pada ketinggian di atas 5.000 meter, katanya, curah salju tahunan berkisar antara 20 hingga 80 sentimeter. Namun, hujan salju di ketinggian 3.000 meter, tempat base camp ALMA berada, jauh lebih jarang terjadi.

Lebih lanjut, hujan salju ini disebut dipicu oleh ketidakstabilan atmosfer yang tidak biasa yang memengaruhi Chili bagian utara. Direktorat Meteorologi Chili mengeluarkan peringatan salju dan angin karena adanya "inti dingin" yang melintasi wilayah tersebut.

"Kami mengeluarkan peringatan angin untuk wilayah Antofagasta dan daerah-daerah yang lebih jauh ke utara, dengan hembusan angin mencapai 80 hingga 100 km/jam," ujar ahli meteorologi Elio Brufort.

Fenomena ini disertai dengan hujan lebat yang terjadi lebih jauh ke utara, menyebabkan aliran sungai membesar dan merusak beberapa properti. Sekolah-sekolah diperintahkan untuk ditutup, dan pemadaman listrik serta tanah longsor dilaporkan terjadi.

Sejauh ini, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Peristiwa cuaca sebesar ini belum pernah terjadi selama hampir satu dekade.

(lom/fea)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |