5 Alasan Harga Emas Terus Naik Tahun Ini

6 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga emas dunia terus melonjak beberapa bulan belakangan ini. Mengutip Bloomberg, harga emas di pasar spot berada di level US$3.373 per ons troi.

Harga itu melesat jauh dibanding awal tahun yang berada di kisaran US$2.640 per ons troi. Sementara itu di Bursa Comex, harga emas bertengger di US$3.392 per ons troi. 

Harga melesat jauh dibanding awal tahun kemarin yang masih US$2.654 per ons troi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah faktor menjadi pendorong kenaikan harga emas belakangan ini. Mengutip CNBCIndonesia.com, berikut 5 penyebabnya.

1. Perang dagang yang dikobarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Perang dagang yang dikobarkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara, terutama China menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan harga emas dunia melesat naik pada beberapa bulan belakangan ini.

Perang dagang tersebut telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi.

Pasar atau investor yang cemas dan khawatir dengan kondisi ekonomi, memilih untuk mengalihkan investasinya ke aset aman, salah satunya emas.

Alhasil, harga emas melesat tajam saat kecamuk perang dagang.

2. Adanya Ancaman Resesi Global

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman, mendorong investor untuk beralih ke emas.

Emas dianggap sebagai aset yang stabil dan dapat mempertahankan nilainya selama periode ketidakpastian ekonomi. Laporan menunjukkan bahwa investor meningkatkan pembelian emas di tengah melemahnya dolar AS dan kekhawatiran akan resesi.

CEO BlackRock, Larry Fink, mengatakan dalam sebuah wawancara terbaru bahwa Amerika Serikat mungkin sudah berada dalam resesi atau sangat dekat mengalaminya akibat tarif besar-besaran yang diberlakukan oleh Presiden Trump.

"Saya pikir kita sangat dekat, jika tidak sedang berada dalam resesi saat ini," ujar Fink dalam penampilannya di program CNBC "Squawk on the Street".

Ekonom dari Goldman Sachs, yang dipimpin oleh Jan Hatzius, telah mengubah pandangan mereka menjadi lebih pesimistis terhadap ekonomi AS setelah tarif baru yang bersifat spesifik untuk masing-masing negara mulai diberlakukan. Mereka menaikkan peluang terjadinya resesi di AS dari 35 persen menjadi 45 persen.

Sementara itu, JP Morgan bahkan lebih agresif, menaikkan probabilitas resesi tahun ini dari 40 persen menjadi 60 persen.

Peningkatan kemungkinan resesi ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari kebijakan tarif Presiden Trump terhadap ekonomi domestik. Ketika ketidakpastian meningkat dan biaya impor naik, perusahaan dan konsumen bisa menahan belanja dan investasi-dua faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Namun, perubahan sikap ini terjadi sebelum Trump mengumumkan jeda (pause) untuk tarif tambahan, yang menyebabkan Goldman Sachs merevisi kembali prediksinya dan menurunkan risiko resesi.

Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran yang meningkat di kalangan pelaku pasar dan ekonom, bahwa kebijakan perdagangan proteksionis dan ketidakpastian global telah menekan pertumbuhan ekonomi AS.

3. Pelemahan nilai Dolar AS 

Indeks dolar yang anjlok ke 100,14 pada perdagangan April lalu atau terendah sejak Juli 2023 juga merupakan salah satu faktor emas menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lain.

Hal ini meningkatkan permintaan global terhadap logam mulia ini. Pelemahan dolar AS selama beberapa hari berturut-turut telah berkontribusi pada kenaikan harga emas.

4. Kebijakan The Fed

Melambatnya perekonomian AS hingga kemungkinan terjadinya resesi kemungkinan akan mempercepat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga lebih cepat dan besar dari rencana awal yakni 50 bps hingga akhir tahun ini.

Suku bunga yang rendah akan membuat dolar AS melemah dan imbal hasil US Treasury AS turun. Keduanya berdampak positif ke emas.

5. Pembelian Emas oleh Bank Sentral

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai respons terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.

Data World Gold Council menunjukkan bahwa pada 2024, bank sentral memborong 1.045 ton emas ke cadangan mereka, mendekati rekor pembelian tahunan sebelumnya. Langkah ini mencerminkan upaya untuk mendiversifikasi cadangan devisa dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Pembelian emas bank sentral terus berlanjut sebesar 18 ton pada Januari 2025 dan 29 ton pada Februari 2025.

Dengan banyaknya faktor penyebab di atas dimulai dari perang dagang, ancaman resesi global, pelemahan dolar AS, tekanan inflasi di Amerika Serikat, serta pembelian besar-besaran oleh bank sentral, emas telah mendapatkan kembali kedudukannya sebagai pelindung kekayaan dalam situasi krisis.

Harga yang terus merangkak naik bukan hanya cerminan dari nilai intrinsik emas, tetapi juga menjadi sinyal dari ketidakpastian dan kehati-hatian pasar global.

[Gambas:Video CNN]

(agt)

Read Entire Article
| | | |