Amarah Aming hingga Cinta Laura atas Tambang Nikel di Raja Ampat

6 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Artis Indonesia mulai semakin kencang menyuarakan protes atas tambang nikel di Raja Ampat. Mereka mengkritik keras dan mengingatkan Raja Ampat merupakan alam sekaligus rumah bagi banyak manusia dan makhluk hidup lainnya.

Aming menjadi salah satu yang bersuara. Lewat unggahan di media sosial, ia mengecam keras pihak-pihak yang berhubungan dengan tambang nikel tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di negara dan bangsa yang katanya sangat beragama, banyak manusia dengan daya rusak luar biasa," tulis Aming di Instagram, Sabtu (7/6).

"Khalifah di dunia yang harusnya menjaga alam, lingkungan, manusia, flora, fauna, dan semestanya, malah membawa kiamat lebih cepat."

Seniman itu bahkan menyentil tentang uang yang didapat dari tambang nikel itu. Ia menyatakan uang tersebut tak lagi bisa membeli Bumi yang baru.

[Gambas:Video CNN]

"Timbun lah uangmu, jadikan ia tuhanmu. Semoga ia mampu jadi oksigen, udara, air, tanah, dan tumbuhan yang menyejukkan dan menyelamatkanmu," tulisnya sambil mengunggah ulang berita tentang tambang nikel di Raja Ampat.

"Semoga uangmu bisa mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu atas kehancuran dan kerusakan yang kalian perbuat terhadap anak, cucu, dan berbagai kehidupan di hadapan Tuhan, semesta alam kelak. Amin."

[Gambas:Instagram]


Cinta Laura: Raja Ampat surga terakhir

Senada, Cinta Laura juga dengan keras mengkritik tambang nikel dan mempertanyakan nilainya apakah setara dengan nyawa manusia setempat hingga kerusakan yang dihasilkan.

"Raja Ampat adalah salah satu surga terakhir di dunia. Tapi saat ini, di salah satu kawasan laut paling rapuh di dunia, perusahaan-perusahaan tambang merobek hutan, mencemari air dan mencekik terumbu karang, semua demi nikel untuk menggerakkan mobil listrik," tuturnya.

Dampak kerusakan tersebut mencakup pencemaran air, kerusakan terumbu karang, serta kesulitan akses air bersih bagi penduduk. Ia bahkan menyatakan kerusakan di Raja Ampat lebih dari "kegagalan kebijakan."

Ia mengutip pernyataan tambang itu demi kemajuan, dan kemudian mempertanyakan demi kemajuan siapa. Di Instagram, Cinta Laura mengunggah pernyataan anak-anak setempat yang mulai kesulitan cari air bersih karena air menghitam.

Terlebih lagi, hutan-hutan sakral warga setempat sudah diratakan, begitu pula dengan nelayan yang pulang dengan jaring kosong, tak bisa memberikan makan keluarganya.

"Harga sebenarnya dari tambang ini bukan sekedar logam yang diambil, tapi kematian cara hidup, putusnya ikatan suci antara manusia, tanah, laut, dan budaya," ujarnya.

"Kita membenarkan yang enggak bisa dibenarkan. 'Ini demi pembangunan nasional. Cuma pulau kecil, yang lain kan masih ada. Negara lain juga lebih parah kok, masa kita enggak boleh untung?'" kata Cinta Laura.

"Dari sana keserakahan tumbuh pelan-pelan. Sembunyi di balik rapat-rapat ber-AC. Dibungkus jargon patriotisme," ucapnya.

"Ini bukan sekadar kegagalan kebijakan. Kegagalan hati nurani. Ironisnya, masyarakat Papua yang sekarang kita rugiin dulu justru menjaga surga ini," ia menegaskan.

Ia pun meyakini banyak izin tambang dikeluarkan tanpa Free, Prior, and Informed Consent (FPIC), prinsip yang menjamin hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk memberikan persetujuan atau menolak suatu aktivitas, proyek, atau kebijakan yang akan berdampak terhadap wilayah mereka.

"Ada yang dipaksa, ada yang sama sekali gak diajak bicara. Bagi masyarakat Raja Ampat, tanah, hutan, laut adalah keluarga. Hutan punya makna sakral," ucapnya.

Cinta Laura kini mengajak semua lapisan masyarakat untuk benar-benar bersuara dan melindungi ekosistem Raja Ampat.

[Gambas:Instagram]

CNNIndonesia.com telah mendapatkan izin Aming dan Cinta Laura untuk mengutip unggahan tersebut. 

Berdasarkan analisis Greenpeace, eksploitasi nikel di Pulau Gag, Kawe, dan Manuran itu setidaknya telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas.

Greenpeace, dalam pernyataan resminya, mengungkap sejumlah dokumentasi menunjukkan limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir-pesisir yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat akibat pembabatan hutan dan pengerukan tanah.

(chri)

Read Entire Article
| | | |