Bos Toyota Sebut Mobil Listrik Lebih Beracun dari Mobil Hybrid

8 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Bos Toyota Akio Toyoda kembali memuat pernyataan kontroversial terkait mobil listrik yang dianggapnya lebih 'beracun' ketimbang mobil hybrid.

Dalam sebuah wawancara Toyoda menyatakan sembilan juta mobil listrik berbasis baterai memiliki dampak emisi yang sama besar dengan 27 juta mobil hybrid. Artinya, menurut dia, satu mobil listrik dapat mencemari udara atau membuat polusi setara tiga mobil hybrid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Toyoda juga menegaskan pendekatan Toyota dalam mengurangi emisi lewat strategi "multi-pathway", yaitu melalui berbagai jenis teknologi penggerak kendaraan, baik itu mesin bensin yang lebih efisien, hybrid, hidrogen dan tentu saja mobil listrik (EV).

"Kami telah menjual sekitar 27 juta mobil hybrid. Mobil-mobil hybrid itu memberikan dampak yang sama seperti 9 juta BEV (battery electric vehicles) di jalan," ujar Toyoda kepada Automotive News, melansir Inside EVS, Selasa (17/6).

Bagi Toyoda penggunaan mobil listrik sebetulnya bukan mengurangi emisi dan polusi, melainkan hanya memindahkannya saja.

"Namun jika kami memproduksi 9 juta BEV di Jepang, justru akan meningkatkan emisi karbon, bukan menguranginya. Itu karena Jepang masih sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga termal," katanya.

Pernyataan Toyoda ini merujuk pada emisi yang dihasilkan dari proses produksi dan pengisian daya di Jepang, di mana listrik berasal dari bahan bakar fosil sehingga yang terjadi saat ini adalah fenomena 'bom karbon'.

Meski begitu, pernyataan skeptis Toyoda ini tak berbanding lurus dengan sejumlah data.

Sejumlah riset dari institusi Tiongkok dan internasional menunjukkan gambaran berbeda. Studi Universitas Tsinghua pada 2022 misalnya menemukan mobil listrik mengeluarkan 20-30 persen lebih sedikit CO₂ sepanjang siklus hidupnya di China, meskipun negara itu masih mengandalkan batu bara sebagai penghasil listrik utama.

Data dari China Automotive Technology & Research Center (CATARC) mendukung temuan ini. EV ukuran ringkas di Tiongkok menghasilkan sekitar 118 gram CO₂/km selama siklus hidupnya, dibandingkan 163 gram dari mobil bensin yang setara.

Secara global, studi Nature pada 2022 menemukan EV adalah pilihan dengan emisi terendah di lebih dari 95 persen wilayah dunia.

Diuraikan, memang benar emisi produksi listrik BEV lebih tinggi-sekitar 11-14 ton CO₂, dibandingkan 6-9 ton untuk hybrid atau mobil bensin. Namun, EV akan segera 'menebusnya'.

Alasannya, penelitian dari Argonne National Laboratory menyebutkan titik impas karbon EV terjadi setelah 31 ribu km hingga 45 ribu km pemakaian.

Setelah itu, emisi disepanjang masa pakainya tetap jauh lebih rendah. Data dari MIT dan EPA juga menegaskan tren tersebut bahkan terjadi di wilayah dengan sumber listrik yang masih kotor, menurut laporan Car News China.

(ryh/fea)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |