Eropa Berhasil Bikin Gerhana Matahari Buatan, Kok Bisa?

5 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Eropa menggunakan dua buah satelit untuk menciptakan Gerhana Matahari buatan di luar angkasa.

Percobaan ini diumumkan Badan Antariksa Eropa (ESA) pada Senin (16/6). Percobaan ini disebut memberikan data yang akan meningkatkan pemahaman para ilmuwan tentang Matahari dan atmosfernya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ESA mengatakan satelit-satelit tersebut, yang diberi nama Coronagraph dan Occulter, terbang dalam formasi berjarak 130 meter selama beberapa jam tanpa dikendalikan dari Bumi untuk menciptakan gerhana buatan tersebut.

"Proba-3 adalah misi terbang lintas antariksa pertama ESA, dan pertama di dunia. Terbang bersama, sepasang pesawat ruang angkasa akan membentuk Gerhana Matahari buatan di ruang angkasa, melemparkan bayangan yang dikontrol secara presisi dari satu platform ke platform lainnya untuk membuka pandangan yang berkelanjutan terhadap korona Matahari yang redup di sekelilingnya," tulis ESA di lamannya.

Menurut badan antariksa Amerika Serikat (NASA), misi Proba-3 ini akan membantu para ilmuwan meneliti korona Matahari untuk mempelajari angin Matahari, aliran materi yang terus menerus dari Matahari ke luar angkasa, dan cara kerja lontaran massa korona.

"Sangat menyenangkan melihat gambar-gambar menakjubkan ini memvalidasi teknologi kami dalam apa yang sekarang menjadi misi terbang formasi presisi pertama di dunia," kata Dietmar Pilz, direktur teknologi, teknik, dan kualitas ESA, dikutip dari USA Today, Rabu (18/6).

Eropa menggunakan dua buah satelit untuk menciptakan Eropa menggunakan dua buah satelit untuk menciptakan "Gerhana Matahari Total buatan" di luar angkasa. (Foto: Badan Antariksa Eropa)

Ilmuwan utama misi ini, Andrei Zhukov mengatakan Proba-3 sejauh ini telah menciptakan 10 gerhana buatan, dengan yang terlama selama lima jam.

"Kami hampir tidak bisa mempercayai mata kami. Ini adalah percobaan pertama, dan berhasil. Itu sangat luar biasa," kata Zhukov, yang bekerja untuk Royal Observatory of Belgium.

Selama gerhana, instrumen optik ASPIICS pada Coronagraph menangkap gambar korona Matahari sementara Occulter menghalangi cahaya Matahari.

Foto-foto tersebut diproses oleh Pusat Operasi Sains ASPIICS di Observatorium Kerajaan Belgia, tempat tim ilmuwan membuat foto-foto korona berdasarkan masukan dari komunitas ilmiah.

"Foto korona yang ada saat ini tidak sebanding dengan Proba-3, yang akan mengamati korona Matahari hingga hampir ke tepi permukaan Matahari. Sejauh ini, hal tersebut hanya bisa dilakukan saat gerhana Matahari alami," kata Jorge Amaya, koordinator pemodelan cuaca antariksa di ESA.

Lebih lanjut, ESA menambahkan bahwa gambar-gambar dari misi Proba-3 akan membantu pemodelan komputer korona Matahari.

Amaya menyoroti simulasi pengamatan pertama Proba-3 yang telah selesai, dan badan tersebut mengatakan bahwa data ini dapat membantu "memberikan gambaran yang komprehensif tentang fenomena Matahari yang berdampak pada planet kita dan membantu masyarakat dan industri mempersiapkan diri untuk menghadapinya."

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |