Jakarta, CNN Indonesia --
Honda Motor menunda rencana produksi generasi terbaru modul fuel cell di Jepang dan tak menjelaskan estimasi bakal dilakukan. Semula produksinya dijadwalkan mulai pada tahun fiskal 2027.
Selain penundaan, kapasitas produksinya juga dipangkas sekitar 30 persen. Pemangkasan ini ditengarai akibat biaya tinggi yang dinilai masih menghambat adopsi kendaraan berbahan bakar hidrogen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Nikkei Asia, pabrik yang semula dijadwalkan beroperasi di Moka, Prefektur Tochigi, awalnya dirancang untuk mendapat subsidi dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) senilai 14,7 miliar yen atau sekitar US$102 juta. Namun, Honda akhirnya memutuskan mundur dari program subsidi karena perubahan skala dan jadwal produksi.
Kendaraan fuel cell menghasilkan tenaga dari reaksi antara hidrogen dan oksigen, tanpa emisi karbon dioksida. Meski ramah lingkungan, mobil dan bahan bakar hidrogen masih tergolong mahal, sehingga kalah saing dengan mobil konvensional maupun listrik baterai.
Modul fuel cell terbaru dari Honda sejatinya ditujukan untuk memangkas biaya produksi hingga separuh dan menggandakan ketahanan dibanding model yang ada. Namun penyesuaian rencana itu kemungkinan akan berpengaruh pada target penjualan 60 ribu unit pada 2030 dan proyeksi ratusan ribu unit di tahun-tahun berikutnya.
Isuzu Motors yang turut bekerja sama dengan Honda untuk mengembangkan truk fuel cell menegaskan proyek bersama tetap berjalan. Mereka berujar bahwa tidak ada perubahan terkait rencana peluncuran truk fuel cell sekitar 2027.
Belum minat
Truk fuel cell dinilai menjadi katalis potensial untuk memperluas pasar kendaraan hidrogen karena karakteristiknya cocok untuk perjalanan jarak jauh. Hidrogen memiliki densitas energi lebih tinggi per berat dibanding baterai EV, membuatnya lebih ideal untuk kebutuhan logistik.
Namun demikian, pembangunan infrastruktur hidrogen seperti stasiun pengisian justru melambat, baik di Jepang maupun California, AS. Hal ini disebabkan mahalnya biaya pemeliharaan serta minimnya permintaan dari pengguna.
Investasi global di sektor produksi hidrogen juga dilaporkan menurun, memperkuat asumsi bahwa pasar kendaraan fuel cell masih menghadapi banyak tantangan dalam waktu dekat.
Kendati demikian, Honda tetap memegang ambisi mengubah seluruh lini penjualannya menjadi kendaraan bebas emisi, baik berbasis EV maupun fuel cell, pada 2040. Mereka juga akan terus memasarkan sistem fuel cell untuk kendaraan niaga, alat berat, dan sektor lainnya.
Adapun Honda bukan satu-satunya pabrikan Jepang yang menyesuaikan rencana elektrifikasi. Pada Mei lalu, Nissan membatalkan pembangunan pabrik baterai EV di selatan negeri matahari terbit tersebut.
Senada, Toyota juga diketahui menunda pembangunan pabrik baterai di kawasan yang sama.
(job/fea)