ANALISIS
Abdul Susila | CNN Indonesia
Senin, 21 Jul 2025 07:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Duel Timnas Indonesia U-23 vs Malaysia di Piala AFF U-23 2025, Senin (21/7), berpotensi memicu sindrom 'darah panas' bagi Garuda.
Indonesia dan Malaysia adalah tetangga dekat, sekaligus rival kuat. Karena itu tak heran, tiap perbandingan soal Indonesia dan Malaysia, bukan hanya di dunia olahraga, selalu memicu suasana panas.
Sejarah telah membuktikan, pemain Indonesia mudah tersulut emosi saat jumpa Malaysia. Dipancing sedikit, psikologis atau kesehatan mental pemain langsung luntur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampaknya, teknik dan kualitas individu pemain menurun. Pada saat yang sama rencana main yang disusun pelatih tak bisa dijalankan dengan baik seperti diasah dalam latihan.
Selama Piala AFF U-23, sejak digelar pada 2005, Indonesia juga belum pernah menang atas Malaysia. pada 2023 kalah 1-2 di babak grup dan pada 2019 bermain imbang 2-2 di fase grup.
Apalagi sindrom 'darah panas' ini sedikit tampak saat melawan Filipina. Pada 15 menit awal laga melawan Filipina, permainan Arkhan Fikri dan kawan-kawan tak stabil.
Saat lawan melakukan pressing ketat dan main keras, tim asuhan Gerald Vanenburg ini terjebak masuk ke dalam labirin yang sengaja dibuat. Seru dan intens, tetapi agak sporadis.
Dan, seperti sudah jadi ilmu warisan, pemain Malaysia sadar betul kondisi ini. Setiap jumpa Indonesia, ada saja situasi di lapangan yang membuat emosi pemain terpancing.
Jika Vanenburg tak bisa mencegah erupsi emosi para pemain, badai bisa tercipta. Bukan tidak mungkin Harimau Malaya Muda menjalankan taktik dan strateginya dengan nyaman.
Dua kemenangan Garuda Muda atas Filipina dan Brunei Darussalam pun bisa tak ada artinya. Kalah dari Malaysia, apalagi sampai selisih dua gol, kans lolos ke semifinal bisa kandas.
Agar Indonesia bisa lolos ke semifinal, minimal bermain imbang dengan Malaysia. Situasi ini: jangan sampai kalah dari Malaysia, adalah pemicu sindrom 'darah panas' itu.