Jakarta, CNN Indonesia --
Cape Town di Afrika Selatan adalah kota yang jadi pusat wisata, dengan mampu menarik 8,92 juta turis pada tahun 2024. Tetapi, Cape Town juga merupakan sarang kejahatan, di mana 90 orang terbunuh hanya dalam satu bulan.
Sudut-sudut kota di Cape Town terus mengalami kekerasan geng, kemiskinan sistemik, dan kepolisian yang kekurangan sumber daya.
Cape Flats di kota itu penuh dengan kejahatan yang terkait dengan geng, dengan 90 orang tewas dan 110 orang terluka dalam penembakan, penusukan, dan perkelahian, menurut Ketua Komite Portofolio Parlemen untuk Kepolisian Ian Cameron.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Cape Flats Safety Forum, Abie Isaacs, meminta masalah kekerasan di Cape Town bisa segera diatasi. Menurut dia masyarakat butuh tindakan nyata dari pemerintah.
"Orang-orang diburu di rumah mereka. Ini zona perang. Kami tidak butuh janji lagi, kami butuh tindakan nyata," kata Isaacs, seperti dilansir Daily Star, Senin (26/5).
Nyanga, yang pernah dijuluki sebagai "ibu kota pembunuhan" Afrika Selatan, memang mengalami penurunan pembunuhan sebesar 12,5%, yang merupakan peningkatan kecil namun signifikan.
Menteri Afrika Selatan Mchunu berjanji untuk meningkatkan jumlah polisi, dengan mengatakan lebih dari 5.500 polisi baru akan dikerahkan di seluruh negeri pada akhir tahun 2025, dengan banyak yang akan ditempatkan di daerah rawan kejahatan di Western Cape.
Mereka juga berencana untuk memperluas pekerjaan forensik mereka, meningkatkan kapasitas lab untuk menangani kasus-kasus yang tertunda dan menganalisis bukti.
Meskipun demikian, aktivis dan warga setempat Cape Town berpendapat bahwa peningkatan jumlah polisi tidak cukup untuk menghentikan lonjakan kejahatan kekerasan. Masyarakat menuntut investasi dalam perumahan, pendidikan, lapangan kerja bagi pemuda, dan layanan sosial.
"Kita tidak bisa keluar dari krisis ini dengan polisi. Yang kita butuhkan adalah strategi terpadu yang memperlakukan kekerasan sebagai kejahatan sekaligus epidemi sosial," ujar Ian Cameron.
Taipan bisnis sekaligus miliarder Johann Rupert memberi tahu pejabat Amerika Serikat bahwa masalah kejahatan di Afrika Selatan, khususnya di Cape Town, merusak kepercayaan publik dan keyakinan investor.
Situs web Pemerintah Inggris memperingatkan tentang tingginya angka kejahatan di negara itu, dengan mencantumkan insiden seperti penjambretan dengan kekerasan, perampasan mobil, pemerkosaan dan penyerangan seksual, serta pembunuhan.
Situs web itu juga memperingatkan bahwa baru-baru ini telah terjadi serangan dan kejahatan dengan kekerasan di jalan-jalan sekunder menuju dan dari bandara Cape Town.
Belum lama ini juga telah terjadi serangan dan penjambretan dengan kekerasan terhadap pendaki dan wisatawan di Taman Nasional Table Mountain yang terkenal, dan situs web itu menyarankan para pelancong untuk menghindari daerah yang lebih sepi dan tetap berada di jalur yang ramai.
"Telah terjadi insiden kekerasan yang melibatkan wisatawan di lokasi wisata populer. Biasanya ada petugas keamanan di area wisata utama yang dapat membantu wisatawan. Namun, kepolisian dan keamanan mungkin terbatas, jadi selalu berhati-hati," bunyi informasi di situs web Pemerintah Inggris.
"Hindari pantai terpencil dan tempat piknik. Jangan berjalan sendirian di daerah terpencil atau di pantai saat sepi, terutama saat gelap," tambah pernyataan itu.
(wiw)