Jakarta, CNN Indonesia --
Sutradara ternama Korea Selatan Park Chan-wook tertarik mengadaptasi novel Human Acts karya peraih Nobel Han Kang menjadi sebuah film. Ia sangat ingin melakukan itu jika diberi kesempatan oleh Han Kang.
Sutradara di balik film hit, seperti trilogi The Vengeance, The Handmaiden, hingga Decision to Leave itu mengaku tertarik sejak awal membaca novel terbitan 2014 tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru membaca bab pertama, saya berpikir, 'Wah, ini ditulis dengan sangat hebat.' Sejak awal, ini terasa seperti sebuah mahakarya," kata Park Chan-wook seperti diberitakan Korea Herald pada Senin (23/6).
Komentar itu muncul dalam sesi Park Chan-wook's Literary Anchors bersama kritikus sastra Shin Hyoung-cheol, yang diadakan pada Jumat (20/6) di Seoul International Book Fair di Coex.
Ketika ditanya apakah ada novel Korea yang ingin diadaptasinya, Park Chan-wook menjawab bahwa ide itu masih merupakan harapan yang jauh, "hanya salah satu dari pikiran yang membuat Anda senang membayangkannya."
Human Acts mengisahkan pemberontakan demokratisasi yang terjadi pada 18 Mei 1980 di Gwangju, Korea. Dalam novel ini, kematian seorang anak laki-laki menjadi dorongan untuk melihat lebih dekat Pemberontakan Gwangju dan kehidupan masyarakat di kota itu.
Sementara itu, Han Kang mendapatkan Nobel Prize in Literature pada 2024 atas "prosa puitisnya yang intens yang menghadapi trauma sejarah dan mengungkap kerapuhan kehidupan manusia."
Han Kang menjadi penulis Korea pertama dan penulis perempuan Asia pertama yang dianugerahi Penghargaan Nobel Sastra.
Di samping Human Acts, ia menyebutkan epik 20 volume karya Park Kyong-ni, Toji (Land), kemudian kumpulan cerita pendek yang saling berhubungan karya Lee Mun-ku Gwanchon Essays, ada pula The Lone Room karya Shin Kyung-sook, dan The Song of the Sword karya Kim Hoon.
Park Chan-wook dikenal luas doyan membaca , dan banyak filmnya yang berakar dari sastra. Filmnya yang sukses besar, Joint Security Area (2000) didasarkan pada novel karya Park Sang-yeon.
Kemudian, The Handmaiden merupakan hasil adaptasi Fingersmith karya Sarah Waters di Korea era kolonial. Film klasiknya yang sadis, Oldboy, mendapat inspirasi dari manga Jepang bertajuk serupa.
Park Chan-wook menyamakan bekerja dengan materi sumber sastra dengan "perjalanan yang direncanakan dengan rencana perjalanan yang terperinci."
"Memiliki novel sebagai sumber memang memberi saya rasa aman tertentu," katanya.
"Namun, seperti halnya bepergian, segala sesuatunya jarang berjalan sesuai rencana. Bahkan ketika Anda mulai mengadaptasi sebuah novel, Anda sering kali berakhir di suatu tempat yang sama sekali berbeda dari tempat yang Anda bayangkan sebelumnya."
Ia mencontohkan Decision to Leave, yang membuatnya mendapatkan penghargaan sutradara terbaik di Cannes Film Festival 2022.
Film itu awalnya dimulai sebagai upaya mengadaptasi bab terakhir dari volume akhir serial detektif Swedia Martin Beck yang terdiri dari 10 bagian, tetapi akhirnya berkembang jadi cerita yang sama sekali berbeda.
Ia menjelaskan hal yang menjadi inti sebuah film dalam novel sumbernya berbeda-beda di setiap proyek.
"Terkadang karakternya yang menarik perhatian saya; di lain waktu, narasinya sendiri. Sulit untuk menggambarkannya hanya dalam satu kata."
Park Chan-wook saat ini sedang dalam tahap pascaproduksi untuk film terbarunya, No Other Choice yang dibintangi oleh Lee Byung-hun dan Son Ye-jin.
Dijadwalkan untuk dirilis selama liburan Chuseok pada Oktober 2025, film dark comedy tersebut juga hasil adaptasi novel thriller horor karya Donald E. Westlake, The Ax.
(chri)