CNN Indonesia
Jumat, 30 Mei 2025 19:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Inggris pernah diperintah oleh raja yang mengidap gangguan mental. Ia adalah Raja George III.
Raja George III dikenal sebagai 'Raja Gila' dalam buku-buku sejarah anak. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejarawan mulai melepaskan julukan 'gila'-nya dan mulai menggambarkan sang Raja sebagai sosok yang mengidap porfiria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Porfiria adalah penyakit yang disebabkan oleh penumpukan zat kimia alami yang disebut porfirin dalam tubuh. Porfirin dibutuhkan untuk membuat heme, bagian dari hemoglobin atau protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke organ dan jaringan tubuh.
Orang yang mengidap porfiria biasanya mengalami sejumlah gejala seperti rasa sakit dan nyeri serta urine berwarna biru.
Kendati begitu, sebuah riset baru dari University of London menyimpulkan bahwa Raja George III memang benar menderita penyakit mental.
Dr Peter Garrard dan Dr Vassiliki Rentoumi telah menganalisis penggunaan bahasa Raja George III dalam tulisan-tulisan tangannya selama ini. Mereka menemukan bahwa selama sang Raja sakit, ia menulis kalimat-kalimat yang lebih panjang dibandingkan saat ia sehat.
Satu kalimat yang ditulis Raja George III berisi 400 kata dengan delapan kata kerja. Ketika sakit, ia akan mengulang-ulang namanya dan pada waktu yang sama, menggunakan diksi-diksi yang lebih kompleks, kreatif, serta berwarna.
Ini adalah tanda dari pasien yang mengalami fase mania penyakit kejiwaan gangguan bipolar.
Dilansir dari BBC, fase mania adalah saat penderita bipolar merasakan lonjakan energi yang tinggi serta euforia berlebih. Pada fase ini, penderita bipolar mengalami peningkatan ide dan bicara dengan sangat cepat.
Dugaan bahwa Raja George III pernah berada di fase ini sejalan dengan gambaran para saksi mengenai penyakitnya.
Mereka mengatakan sang Raja "banyak bicara" sampai-sampai mulutnya berbusa. Kadang kala, Raja George III bahkan mengalami kejang sehingga para pelayannya harus menindihnya agar ia tak celaka.
Para peneliti juga meragukan penilaian soal Raja yang mengalami porfiria, terutama mengenai urine biru. Rekam medis Raja George III mencatat bahwa sang Raja menerima obat yang terbuat dari gentian.
Tanaman ini memiliki warna biru gelap dan sering digunakan sebagai tonik ringan. Mereka yang mengonsumsi tanaman gentian akan menghasilkan urine berwarna biru.
Jadi, sepertinya bukan "kegilaan" Raja George III yang menyebabkan air seninya berwarna biru, melainkan obat-obatannya.
Bersambung ke halaman berikutnya...