Rano Karno-Emil Dardak Cari Cara Optimalkan Wisata Lintas Wilayah

5 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin beberapa daerah membahas pentingnya mengoptimalkan potensi wisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk melalui kolaborasi antarprovisi.

Hal tersebut dibahas dalam Forum Kerja Sama Daerah Mitra Praja Utama yang dihadiri Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, Gubernur Banten Andra Soni, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, hingga Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia Azril Azahari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wagub DKI Jakarta Rano Karno menyoroti potensi besar pariwisata yang selama ini belum tergarap maksimal. Menurutnya, meski Jakarta menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dalam jumlah besar, pariwisata masih dianggap sebagai sektor suplemen semata.

"PDB yang disumbang ekonomi kreatif, baru ekonomi kreatif saja di Jakarta itu 11,8 persen. Hampir 400 triliun profit. Tapi itu tanpa desain pariwisata yang matang," ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (16/6).

Rano mengatakan banyak kawasan wisata di Jakarta, seperti Kepulauan Seribu dan Ancol belum dikembangkan secara optimal. Padahal, Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya disinggahi 70 juta penumpang, namun hanya satu juta yang benar-benar mengunjungi Jakarta.

"Artinya potensi itu tidak digarap. Karena dulu visi Jakarta tidak membangun potensi itu. Tidak menggarap potensi pariwisata saja, APBD Jakarta 91 triliun. Karena dianggap pariwisata ini hanya suplemen," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]

Ia menekankan bahwa konektivitas dan integrasi regional menjadi kunci dalam membangun pariwisata. Rano berharap lewat forum MPU, Jakarta bisa memperkuat kolaborasi dengan provinsi lain untuk mendesain ulang potensi wisata lintas wilayah.

Gubernur Banten Andra Soni mengungkapkan provinsinya memiliki kekayaan wisata dari sisi sejarah hingga keindahan alam, mulai dari Ujung Kulon hingga Anyer.

"Kalau bicara tentang desain, berganti pun kepemimpinannya, desain itu akan diteruskan. Sekarang lebih menarik PIK daripada Ancol. Tapi lama-lama orang akan bosan juga. Karena orang butuh yang alami," ucapnya.

Andra mendorong kerja sama antarwilayah MPU untuk saling mempromosikan potensi daerah, sekaligus menekankan pentingnya perencanaan pariwisata berkelanjutan dan tidak merusak nilai historis maupun ekosistem.

"Gimana contoh orang yang berkunjung ke Jawa Timur juga kita promosiin supaya berkunjung ke Banten. Orang yang berkunjung ke Banten juga bisa kita promosiin untuk berkunjung ke Jawa Timur," tambahnya.

Senada, Wagub Jawa Timur Emil Dardak mengatakan pemerintah antardaerah sebaiknya saling mendukung, bukan berebut wisatawan, sehingga bisa mendapatkan hasil win-win.

"Kalau wisatawannya ke tempat saya, ya enggak ke tempatnya beliau. Kalau ke tempatnya beliau, enggak ke tempat saya. Pandangan ini mau kita ganti jadi win-win," ujarnya.

Emil mengatakan empat bandara di Jawa Timur, yakni Surabaya, Malang, Banyuwangi, dan Kediri, bisa terkoneksi langsung dengan Jakarta dan sekitarnya untuk memperluas pergerakan wisatawan.

Ia mencontohkan keberhasilan pengembangan jalur kereta api Solo-Madiun sebagai contoh konkret diferensiasi produk wisata regional.

"Kata kuncinya pertama konektivitas. Bicara wisatawan nusantara dan asing, saya optimis. Tapi ini bukan sesuatu yang selesai hari ini. Lebih baik kita mulai, mengidentifikasi apa yang ada di depan mata, kemudian kita jalankan," kata Emil.

Sementara itu, Ketua Cendekia Pariwisata Indonesia Azril Azahari mendorong daerah untuk mengembangkan wisata minat khusus seperti belanja, kuliner, dan sejarah, sesuai dengan karakteristik lokal.

"Kenapa tidak diangkat pariwisata shopping? Tanah Abang, Thamrin City, banyak orang Malaysia dan Singapura belanja ke sana. Kenapa tidak dijadikan one stop shopping seperti Singapura?" ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga ekosistem pariwisata yang terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkungan hidup (biotik), kondisi fisik seperti tanah dan udara (abiotik), serta manusia dan budayanya.

"Pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri, dia harus ada sektor lain. Pariwisata ini sudah menjadi ilmu. Jadi pendekatannya harus secara ilmiah," jelasnya.

(kay/chri)

Read Entire Article
| | | |