Thailand Kini Larang Penjualan Ganja Tanpa Resep Medis

7 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Tiga tahun setelah membuka pintu lebar-lebar bagi industri ganja, Thailand kini mengambil langkah mundur. Negara yang pada tahun 2022 menjadi yang pertama di Asia Tenggara mendekriminalisasi ganja, kini kembali memberlakukan serangkaian pembatasan ketat terhadap tanaman tersebut.

Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Somsak Thepsuthin, pada pekan ini telah menandatangani perintah yang melarang penjualan ganja tanpa resep medis. "Ganja akan diklasifikasikan sebagai narkotika di masa depan," kata Thepsuthin mengenai langkah ini, yang telah mulai berlaku, seperti dikutip The Washington Post, Sabtu (28/6).

Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand, yang bertugas menegakkan aturan baru ini, pada Jumat (27/6) memberikan panduan bahwa toko-toko penjual ganja harus beralih fungsi menjadi apotek medis dan menghadapi pembatasan lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Thailand sebenarnya telah mengisyaratkan pada Februari lalu bahwa ganja akan kembali ilegal pada akhir tahun. Namun, upaya untuk mempercepat perubahan ini semakin gencar setelah sebuah partai pro-ganja keluar dari koalisi pemerintahan parlemen Thailand pada 18 Juni lalu.

Situasi ini memberikan keleluasaan lebih besar bagi Partai Pheu Thai yang berkuasa, meskipun dengan mayoritas yang jauh berkurang, untuk secara penuh melakukan rekriminalisasi ganja.

Thailand sebelumnya melegalkan ganja medis pada Desember 2018 dan ganja rekreasional pada September 2022 di bawah pemerintahan sebelumnya. Langkah ini menjadikannya negara pertama di Asia Tenggara yang melakukan hal tersebut, di mana wilayah ini dikenal dengan hukuman obat-obatan terlarang yang sangat keras.

Menyusul legalisasi tersebut, para pengusaha Thailand telah mendirikan sekitar 18.000 toko ganja di seluruh negeri. Tak lama setelah dekriminalisasi, negara ini dibanjiri oleh bisnis-bisnis baru yang dilegalkan atau berada di area abu-abu, mulai dari apotek mewah hingga tur pertanian.

Namun, era dekriminalisasi yang singkat namun berkembang pesat itu diwarnai oleh terbelahnya opini publik dan kritik bahwa toko-toko ganja hanya menghadapi sedikit regulasi serta pengawasan.

Dalam membela arah kebijakan baru ini, pemerintah Thailand mengutip tingginya tingkat ketergantungan dan kekhawatiran akan risiko penggunaan narkoba oleh anak-anak. (Usia legal untuk membeli ganja sebelumnya adalah 20 tahun.)

"Banyak toko dibuka untuk menjual ganja baik untuk tujuan rekreasi maupun medis, memungkinkan akses mudah bagi anak-anak dan masyarakat umum, yang bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk menindak narkoba," kata Juru Bicara Pemerintah Thailand, Jirayu Huangsab.

Meskipun beberapa negara telah melegalkan atau mendekriminalisasi ganja dalam beberapa tahun terakhir, Thailand tampaknya menjadi satu-satunya yang secara drastis membalikkan kebijakan tersebut.

Kementerian Kesehatan Thailand belum memberikan tanggapan segera terhadap permintaan komentar mengenai kebijakan baru ini. Sementara itu, Writing Thailand's Cannabis Future Network, sebuah kelompok advokasi pro-ganja, menyerukan protes publik di luar Kementerian Kesehatan Masyarakat pada 7 Juli sebagai respons terhadap larangan itu.

(wiw)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |