Jakarta, CNN Indonesia --
TikTok masih bisa 'bernapas lega' setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana kembali menunda pemblokiran platform media sosial asal China tersebut. Trump bakal menunda pelarangan TikTok hingga 90 hari.
TikTok seharusnya bakal diblokir di seluruh wilayah AS per Kamis (19/6), jika ByteDance, perusahaan induk TikTok asal China, tidak menjual aset-asetnya ke perusahaan dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Presiden Trump akan menandatangani Perintah Eksekutif tambahan minggu ini untuk menjaga TikTok tetap beroperasi," kata Karoline Leavitt, juru bicara Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan, melansir CNN, Selasa (17/6).
"Seperti yang telah ia katakan berulang kali, Presiden Trump tidak ingin TikTok dihentikan. Perpanjangan ini akan berlaku selama 90 hari, yang akan digunakan oleh pemerintahan untuk memastikan kesepakatan ini ditutup sehingga masyarakat Amerika dapat terus menggunakan TikTok dengan jaminan bahwa data mereka aman dan terlindungi," lanjut dia.
Sebelumnya, pemerintah AS menerbitkan undang-undang yang mengharuskan ByteDance menjual TikTok atau menghadapi pemblokiran di AS, karena masalah keamanan nasional. Undang-undang ini disahkan tahun lalu ketika masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Undang-undang ini harusnya berlaku sejak Januari. Namun, sudah sekitar lima bulan Trump untuk tidak menegakkan undang-undang tersebut.
Pengumuman terbaru ini menandai perpanjangan ketiga larangan tersebut oleh Trump. Dengan demikian, TikTok masih bisa diakses oleh 170 juta pengguna di AS.
Hal ini terjadi saat Amerika Serikat dan China berusaha mendapatkan keuntungan dalam negosiasi perdagangan yang tegang, di mana TikTok tampaknya telah menjadi alat tawar-menawar.
Pada April, kesepakatan yang akan mengalihkan kendali mayoritas operasi TikTok ke kepemilikan Amerika Serikat hampir final. Namun, kesepakatan itu gagal setelah Trump mengumumkan tarif tambahan terhadap China, memaksa presiden untuk mengumumkan penundaan 75 hari lagi agar aplikasi tersebut tetap beroperasi di Amerika Serikat.
Penundaan penegakan aturan terbaru oleh Trump menimbulkan pertanyaan mengenai status kesepakatan yang dapat menjamin masa depan jangka panjang TikTok di negeri Paman Sam itu.
Pemerintah China belum menunjukkan indikasi bahwa mereka bersedia menyetujui penjualan TikTok, kecuali dengan menyarankan bahwa kesepakatan apa pun tidak boleh mencakup algoritma TikTok, yang disebut sebagai rahasia sukses aplikasi tersebut.
Pengumuman penundaan ini datang setelah AS dan China menyepakati kerangka kerja untuk melonggarkan kontrol ekspor, langkah yang diharapkan dapat meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang antara kedua negara.
Kendati demikian, belum diketahui apakah kesepakatan terkait TikTok termasuk dalam kerangka kerja tersebut. Namun, kerja sama antara kedua pihak dapat membuat kesepakatan untuk mengalihkan kendali aplikasi ke pembeli Amerika Serikat lebih mungkin terwujud.
Sebelumnya pada Selasa, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan TikTok kemungkinan memerlukan persetujuan pemerintah China.
"Saya pikir kita akan mendapatkannya. Saya pikir Presiden Xi pada akhirnya akan menyetujuinya, ya," kata Trump.
Sampai saat ini, belum ada respons dari TikTok maupun ByteDance terkait perpanjangan 90 hari dari Trump.
(dmi/dmi)