Cerita Pramugari dalam Penerbangan Non-stop Terpanjang di Dunia

14 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Penerbangan dari Bandara Internasional John F Kennedy (JFK) di New York, Amerika Serikat menuju Bandara Internasional Changi, Singapura menjadi penerbangan non-stop terpanjang dunia. Durasi perjalanannya 18 jam 45 menit.

Bagi sebagian orang, perjalanan ini tampak menakutkan. Betapa tidak, Anda akan berada di atas awan dalam waktu nyaris 19 jam. Tapi bagi sebagian orang, perjalanan itu hanyalah hari-hari yang biasa.

Madeline Khaw, seorang pramugari di Singapore Airlines, berbagi pengalamannya terbang non-stop selama 19 jam berkali-kali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agar tetap fokus selama hampir 19 jam, awak kabin bertugas secara bergiliran.

"Awak kabin dibagi ke dalam periode istirahat yang ditentukan," ujar Khawa, pada Travel & Leisure.

Menurut Khaw, sangat penting untuk memastikan semua awak kabin bisa mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Hal ini dilakukan agar awak kabin tetap waspada dan mampu memberikan pelayanan yang konsisten dan memenuhi standar keselamatan.

Namun, beristirahat di ketinggian tidaklah mudah. Turbulensi, kebisingan kabin, dan perbedaan zona waktu dapat mengganggu siklus tidur.

Bagi Khaw, melintasi 15 zona waktu berbeda dalam satu perjalanan terasa sangat melelahkan.

"Seiring waktu, kelelahan dapat menyebabkan hal-hal seperti rasa lelah berkepanjangan dan jerawat," ujarnya.

Khaw juga menekankan bahwa dinamika yang terjadi pada awal kabin memainkan peran penting dalam membuat penerbangan berjalan lancar.

"Sejak kami memulai tugas, ada pemahaman tak terucapkan bahwa kami perlu saling mengandalkan selama 18 jam. Bukan hanya untuk efisiensi layanan, tapi juga untuk menjaga energi positif," ujar Khaw.

Ilustrasi Kabin PesawatIlustrasi. Madeline Khaw bercerita tentang pengalamannya menjadi pramugari dalam penerbangan non-stop terpanjang di dunia. (Dok. Freeuse)

Tak cuma itu, suasana hati penumpang juga jadi salah satu faktor unik dalam penerbangan panjang.

Dalam penerbangan singkat, suasana hati penumpang biasanya konsisten dalam beberapa jam penerbangan. Tapi, hal yang sama tak berlaku dalam penerbangan belasan jam.

"Kami cenderung melihat orang berubah dari segar dan bersemangat, menjadi lelah dan terkadang emosional, sebelum kembali cerita jelang pendaratan," ujar KHaw.

Kedekatan antara Khaw dan penumpang pun kadang terbangun karena beberapa hal yang terjadi dalam penerbangan.

Suatu waktu, Khaw pernah menawarkan bantuan untuk seorang penumpang yang kesulitan mengirimkan surat elektronik (surel) saat jaringan wifi pesawat bermasalah. Dari sana, obrolan antara Khaw dan penumpang pun terjadi.

Tapi, hubungan antara keduanya tak berakhir di sana. Dari penerbangan di ketinggian di 38 ribu kaki selama belasan jam, berujung ke pertemanan yang akrab. Si penumpang selalu mengucapkan selamat ulang tahun pada Khaw setiap tahunnya.

"Sebuah pengingat kecil, namun bermakna tentang bagaimana tindakan empati kecil dapat membentuk hubungan antarmanusia yang langgeng, bahkan di ketinggian 38 ribu kaki," ujar Khaw.

(asr/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |