CNN Indonesia
Selasa, 16 Des 2025 11:17 WIB
Harga minyak mentah dibuka turun pada Selasa (16/12) seiring menguatnya prospek perundingan damai Rusia-Ukraina, serta lemahnya data ekonomi China. (Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc)
Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan awal Selasa (16/12) seiring menguatnya prospek perundingan damai Rusia-Ukraina.
Selain itu, rilis data ekonomi China yang mengecewakan juga turut membebani harga minyak
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 24 sen atau 0,40 persen ke level US$60,32 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 22 sen atau 0,39 persen menjadi US$56,60 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan harga minyak dipicu oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina, yang berpotensi membuka jalan bagi pelonggaran sanksi terhadap minyak Rusia.
Pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan Washington menawarkan jaminan keamanan bergaya NATO kepada Ukraina dalam pembicaraan dengan Presiden Ukraina di Berlin. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu memicu optimisme bahwa perundingan semakin mendekati tahap negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Tekanan terhadap harga minyak juga datang dari data ekonomi China yang lemah.
Analis pasar IG, Tony Sycamore mengatakan data tersebut menambah kekhawatiran permintaan global tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan produksi minyak belakangan ini.
"Menambah tekanan, data ekonomi China yang lemah yang dirilis semalam kembali memicu kekhawatiran bahwa permintaan global mungkin tidak cukup kuat untuk menyerap pertumbuhan pasokan terbaru," ujar Sycamore dalam catatannya.
Data resmi menunjukkan pertumbuhan output pabrik China melambat ke level terendah dalam 15 bulan pada Mei. Penjualan ritel juga tumbuh paling lambat sejak Desember 2022, saat pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran bahwa strategi China yang mengandalkan ekspor untuk menutupi lemahnya permintaan domestik mulai kehilangan daya dorong.
Perlambatan ekonomi berpotensi semakin menekan permintaan minyak di negara pembeli minyak terbesar dunia itu, di tengah meningkatnya penggunaan kendaraan listrik yang membebani konsumsi bahan bakar fosil.
Faktor-faktor tersebut menutupi kekhawatiran terganggunya pasokan global setelah AS menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela pekan lalu.
Pelaku pasar menilai dampak penyitaan tersebut terbatas, di tengah melimpahnya penyimpanan minyak terapung serta lonjakan pembelian minyak Venezuela oleh China sebagai antisipasi potensi sanksi.
(ldy/pta)
















































