CNN Indonesia
Minggu, 21 Des 2025 10:20 WIB
Intelijen AS mengungkap Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menguasai 100 persen Ukraina dan sebagian Eropa yanng dulu milik kekaisaran Soviet. (REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNN Indonesia --
Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkap Presiden Rusia Vladimir Putin tak mengendurkan niatnya mencaplok seluruh wilayah Ukraina dan merebut kembali sebagian Eropa yang dulunya milik kekaisaran Soviet.
Reuters mengabarkan pada Minggu (21/12) bahwa mereka mendapatkan informasi itu dari enam sumber yang mengetahui laporan-laporan intelijen AS. Salah satu sumber menjelaskan laporan terbaru berasal dari akhir September.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misi Putin diyakini tak berubah meski saat ini para negosiator berupaya mengakhiri perang dengan Ukraina yang akan membuat Rusia mendapatkan wilayah yang jauh lebih sedikit.
Laporan-laporan tersebut menyajikan gambaran yang sangat berbeda dari narasi Presiden AS Donald Trump dan para negosiator perdamaian Ukraina-nya yang mengatakan Putin ingin mengakhiri konflik.
Intelijen tersebut juga bertentangan dengan penolakan pemimpin Rusia bahwa ia merupakan ancaman bagi Eropa.
Temuan AS konsisten sejak Putin memutuskan menginvasi skala penuh Ukraina pada 2022. Temuan tersebut sebagian besar selaras dengan pandangan para pemimpin Eropa dan badan intelijen bahwa ia menginginkan seluruh Ukraina dan wilayah negara-negara bekas blok Soviet, termasuk anggota aliansi NATO.
"Intelijen selalu menunjukkan bahwa Putin menginginkan lebih banyak," kata Mike Quigley, anggota Partai Demokrat dari Komite Intelijen DPR, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
"Orang Eropa yakin akan hal itu. Orang Polandia benar-benar yakin akan hal itu. Negara-negara Baltik berpikir merekalah yang pertama," ucap dia lagi.
Rusia menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk sebagian besar Luhansk dan Donetsk, provinsi-provinsi yang membentuk jantung industri Donbas, sebagian provinsi Zaporizhzhia dan Kherson, serta Krimea, semenanjung Laut Hitam yang strategis.
Putin mengklaim Krimea dan keempat provinsi tersebut sebagai milik Rusia. Trump menekan Kyiv menarik pasukannya dari sebagian kecil Donetsk yang mereka kuasai sebagai bagian dari kesepakatan damai yang diusulkan, menurut dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tuntutan itu ditolak Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan sebagian besar warga Ukraina.
"Tim presiden telah membuat kemajuan luar biasa dalam hal mengakhiri perang" dan Trump telah menyatakan bahwa kesepakatan damai "lebih dekat dari sebelumnya," kata seorang pejabat Gedung Putih tanpa membahas laporan intelijen.
Dalam sebuah unggahan di X pada Sabtu (20/12), Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard mengatakan bahwa para petugas intelijen telah memberi pengarahan kepada para anggota parlemen bahwa "Rusia berupaya menghindari perang yang lebih besar dengan Eropa" dan bahwa kinerja pasukannya di Ukraina menunjukkan bahwa saat ini mereka kekurangan kapasitas untuk menguasai "seluruh Ukraina, apalagi Eropa."
Administrasi Direktur Intelijen Nasional, CIA, dan kedutaan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.
(fea)

















































