ISIS Hingga Neo-Nazi Mulai Pakai AI Sebar Propaganda, Awas Terpengaruh

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Kelompok teroris ISIS dilaporkan mulai memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat propaganda dan memperluas penyebaran ideologinya, termasuk melalui penggunaan bot pembuat suara yang kian mudah diakses di internet.

Kelompok ini menggunakan teknologi tersebut untuk mereplikasi suara dan pidato tokoh-tokoh terkemuka di komunitas mereka. Para ahli mengatakan hal ini membantu mereka untuk berkembang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penggunaan terjemahan berbasis kecerdasan buatan (AI) oleh teroris dan ekstremis menandai perkembangan signifikan dalam strategi propaganda digital," kata Lucas Webber, analis intelijen ancaman senior di Tech Against Terrorism dan peneliti di Soufan Center, melansir The Guardian, Minggu (21/12).

Webber merupakan spesialis dalam memantau alat-alat online yang digunakan oleh kelompok teroris dan ekstremis di seluruh dunia.

Menurut dia metode penyebaran propaganda kelompok teroris dan ekstremis ini semakin berkembang. Sebelumnya, kelompok-kelompok ini bergantung pada penerjemah manusia atau terjemahan mesin yang sederhana untuk menyebarkan propaganda, tapi hal ini seringkali dibatasi oleh ketepatan bahasa dan nuansa gaya.

"Sekarang, dengan kemunculan alat kecerdasan buatan generatif canggih, kelompok-kelompok ini mampu menghasilkan terjemahan yang mulus dan akurat secara kontekstual, yang mempertahankan nada, emosi, dan intensitas ideologis di berbagai bahasa," ujar dia.

Menurut Webber, media pro-ISIS di jaringan terenkripsi saat ini menggunakan akal imitasi untuk mengubah konten ideologis dari publikasi resmi menjadi teks-ke-suara, sehingga mempercepat penyebaran pesan mereka dengan mengubah propaganda berbasis teks menjadi narasi multimedia yang menarik.

Kelompok teroris jihadis menemukan AI berguna untuk menerjemahkan ajaran ekstremis dari bahasa Arab menjadi konten multibahasa yang mudah dipahami.

Di masa lalu, Anwar al Awlaki, seorang imam Amerika yang menjadi anggota Al Qaeda, harus merekam ceramah berbahasa Inggris sendiri untuk propaganda perekrutan di negara-negara berbahasa Inggris. CIA dan FBI berulang kali menyebut suara Al Awlaki sebagai faktor kunci dalam penyebaran pesan Al Qaeda.

Tidak hanya ISIS, kelompok-kelompok dari berbagai spektrum ideologis telah mulai menggunakan aplikasi AI gratis, khususnya chatbot ChatGPT dari OpenAI untuk memperluas aktivitas mereka.

Penggunaan perangkat lunak kloning suara berbasis AI juga menjadi sangat umum di kalangan sayap kanan neo-Nazi. Mereka menggunakan teknologi tersebut untuk membuat video pidato pemimpin Nazi Adolf Hitler ke versi berbahasa Inggris.

Video-video Adolf Hitler itu kemudian mendapatkan puluhan juta tayangan di platform seperti X, Instagram, TikTok, dan aplikasi lainnya.

Menurut penelitian terbaru dari Global Network on Extremism and Technology (GNet), pembuat konten ekstremis telah beralih ke layanan kloning suara seperti ElevenLabs.

Mereka memasukkan pidato arsip dari era Reich Ketiga ke dalam layanan tersebut, yang kemudian diproses untuk meniru suara Hitler dalam bahasa Inggris.

Neo-Nazi, yang merencanakan aksi teror terhadap pemerintah Barat untuk memicu keruntuhan sosial, juga telah mengadopsi alat-alat ini untuk menyebarkan versi terbaru pesan-pesan hiper-kekerasan mereka.

Misalnya, Siege, sebuah manual pemberontakan yang ditulis oleh James Mason, seorang neo-Nazi Amerika dan teroris, yang menjadi kitab suci bagi organisasi seperti Base dan Atomwaffen Division yang kini telah dibubarkan, diubah menjadi buku audio pada akhir November.

"Selama beberapa bulan terakhir, saya terlibat dalam pembuatan buku audio Siege karya James Mason," kata seorang influencer neo-Nazi terkemuka di X dan Telegram, yang menyusun buku audio tersebut dengan bantuan AI.

Ia menjelaskan bahwa dengan menggunakan model suara kustom Mason, dirinya merekonstruksi setiap buletin dan sebagian besar kliping koran yang terlampir agar sesuai dengan buletin asli yang diterbitkan.

"Namun, mendengar ketepatan prediksi yang dibuat pada awal tahun 1980-an benar-benar menandai tonggak sejarah dan mengubah pandangan saya tentang perjuangan bersama kita pada tingkat yang mendasar," ujarnya.

Pada puncaknya pada tahun 2020, Base mengelola klub buku yang berfokus pada Siege, sebuah teks yang memiliki pengaruh signifikan terhadap beberapa anggotanya, yang mendiskusikan potensi aplikasinya dalam perang hipotetis melawan pemerintah AS.

Pada tahun yang sama, penyelidikan kontra-terorisme FBI secara nasional menangkap lebih dari selusin anggotanya dengan berbagai tuduhan terkait terorisme.

"Pencipta buku audio tersebut sebelumnya telah merilis konten AI serupa; namun, Siege memiliki sejarah yang lebih kontroversial," ungkap Joshua Fisher-Birch, seorang analis terorisme di Counter Extremism Project.

Ia menilai hal itu terjadi karena statusnya yang menyerupai sekte di kalangan sebagian kelompok ekstrem kanan daring, adanya promosi kekerasan oleh pelaku tunggal, serta posisinya sebagai bacaan wajib bagi sejumlah kelompok neo-Nazi yang secara terbuka mendukung terorisme dan anggotanya telah terlibat dalam tindakan kriminal kekerasan.

Pihak berwenang kontra-terorisme selalu kesulitan untuk mengikuti perkembangan kelompok teroris yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet.

(wpj/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |