Israel Larang Puluhan Kelompok Kemanusiaan di Gaza, Termasuk Dokter

2 hours ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Israel memutuskan melarang operasional puluhan kelompok bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, Palestina, karena dianggap tak mematuhi aturan yang diberlakukan Negeri Zionis.

Otoritas Israel menyatakan larangan itu mulai berlaku pada Kamis (1/1) terhadap 37 kelompok kemanusiaan, termasuk Doctors Without Borders.

"Pesan kami jelas: bantuan kemanusiaan diterima. Namun pemanfaatan kerangka kerja kemanusiaan untuk aksi terorisme tidak dapat diterima," kata Menteri Urusan Diaspora Israel Amichai Chikli, seperti dikutip Al Jazeera.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain Doctors Without Borders, kelompok-kelompok yang akan dilarang beroperasi di Gaza, antara lain Norwegian Refugee Council, CARE International, International Rescue Committee, dan divisi dari badan amal besar seperti Oxfam dan Caritas.

Menurut Israel, kelompok-kelompok tersebut gagal mematuhi aturan untuk menyerahkan informasi mengenai staf, pendanaan, dan operasional mereka.

Israel menuduh Doctors Without Borders, yang dikenal sebagai MSF dalam akronim Prancis, bekerja sama dengan kelompok milisi Hamas karena menolak mengklarifikasi peran beberapa staf.

Dalam pernyataannya, MSF menyebut larangan otoritas Israel ini akan berdampak buruk pada operasional mereka di Gaza.

MSF memasok sekitar 20 persen tempat tidur rumah sakit dan sepertiga proses kelahiran. MSF juga telah membantah stafnya ada yang terkait dengan Hamas.

"MSF tidak akan pernah mempekerjakan orang yang terlibat dalam aktivitas militer," demikian pernyataan mereka, seperti dikutip Al Jazeera.

Organisasi-organisasi internasional telah mengecam keputusan Israel dengan menyebut langkah tersebut sewenang-wenang.

Amjad Shawa dari Palestine NGOs Network mengatakan keputusan Israel merupakan bagian dari upaya berkelanjutan mereka "untuk memperdalam bencana kemanusiaan" di Gaza.

"Pembatasan operasi kemanusiaan di Gaza dilakukan agar mereka bisa melanjutkan proyek pengusiran warga Palestina, mendeportasi warga Gaza. Ini adalah salah satu hal yang terus dilakukan Israel," kata Shawa kepada Al Jazeera.

Dr. James Smith, seorang dokter Inggris yang pernah menjadi sukarelawan di Gaza dan ditolak masuk kembali oleh otoritas Israel, mengecam pembatasan terhadap kelompok-kelompok bantuan.

"Situasi yang sudah mengerikan akan menjadi lebih mengerikan lagi. Perubahan akan terjadi seketika dan tanpa ampun," kata Smith kepada Al Jazeera.

Langkah Israel ini muncul ketika negara-negara dunia menyuarakan keprihatinan serius atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.

Inggris, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Islandia, Jepang, Norwegia, Swedia, dan Swiss menyebut musim dingin yang tengah melanda Gaza telah membuat wilayah kantong tersebut bak "bencana".

"1,3 juta orang masih membutuhkan bantuan tempat tinggal. Lebih dari setengah fasilitas kesehatan hanya berfungsi sebagian dan kini menghadapi kekurangan peralatan dan perlengkapan medis penting. Keruntuhan total infrastruktur sanitasi telah membuat 740.000 orang rentan terhadap banjir beracun," demikian pernyataan bersama negara-negara tersebut.

Negara-negara itu pun mendesak Israel memastikan kelompok bantuan internasional dapat beroperasi di Gaza secara "berkelanjutan dan dapat diprediksi". Mereka juga menyerukan agar perbatasan darat segera dibuka guna meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan.

(blq/dna)

Read Entire Article
| | | |