Jakarta, CNN Indonesia --
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menunjuk tiga calon penerus untuk memimpin negara Timur Tengah itu jika suatu waktu dia tewas dalam serangan Israel.
Khamenei menunjuk ketiga ulama tersebut pada pekan lalu saat perang Israel dan Iran pecah. Ketika itu, dia menjadi target utama pasukan zionis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang memang sudah berakhir dan Iran-Israel sepakat gencatan senjata. Namun, bukan berarti Khamenei bisa leyeh-leyeh. Teheran tetap tampak waspada terlebih pemerintahan Benjamin Netanyahu punya riwayat melanggar gencatan.
Terlepas dari itu, bagaimana suksesi kepemimpinan Iran jika Khamenei tiada?
Iran punya sistem yang mengakar kuat dan sudah lama untuk memilih pengganti Khamenei yang disebut Majelis Ahli. Badan tersebut serupa Dewan Kardinal di Vatikan dan terdiri dari 88 anggota ulama terpilih.
Dewan Ahli didirikan dengan tujuan tunggal yakni memilih pemimpin tertinggi negara dan memastikan calon memenuhi syarat untuk memimpin Iran. Meski juga bertugas sebagai pengawas, tetapi badan ini tak pernah secara terbuka menentang keputusan pemimpin tertinggi, demikian dikutip Britannica.
Anggota majelis dipilih secara langsung setiap delapan tahun dan jumlah anggota ditentukan undang-undang. Pelamar juga harus mengantongi persetujuan Dewan Wali, badan yang mengawasi pemilihan umum.
Anggota Dewan Wali dipilih langsung oleh pemimpin tertinggi, sehingga secara tak kasat mata pemimpin Iran terlibat dalam proses suksesi.
Kembali lagi soal Majelis Ahli, nantinya badan ini akan membahas kualifikasi pemimpin tertinggi yang harus dinilai secara adil dan bijak serta mampu memproyeksikan kepemimpinan politik dan spiritual. Badan ini bisa memilih pengganti jika posisi itu lowong atau memberhentikan petahana jika tak memenuhi syarat.
Sejauh ini, proses mengganti pemimpin tertinggi Iran baru terjadi sekali setelah Revolusi Islam 1979 yakni pada 1989. Di tahun tersebut, Khamenei lah yang terpilih.
Khamenei sangat berkomitmen mempertahankan sistem pemerintahan Islam Iran dan sama sekali tak percaya pada Barat.
Dewan itu akan menentukan pengganti baru jika pemimpin Iran saat ini meninggal. Namun, salah satu pakar regional dan peneliti senior di lembaga pemikir Washington Institute, Holly Dagres, menyebut Iran punya sistem yang kuat dan benar-benar menentukan siapa yang bakal menjadi pemimpin tertinggi.
"Ini adalah rezim yang bisa diganti dalam hal kepemimpinan di puncak, karena mereka siap menghadapi kematian pemimpin tertinggi," ungkap Dagres ketika membahas pergantian rezim akibat serangan Israel, dikutip CBS News.
Pemimpin tertinggi Iran atau disebut rahbar punya wewenang dalam urusan politik, mengatur angkatan bersenjata, menunjuk susunan pemerintahan, mengawasi pelaksanaan pemerintah, menyerukan referendum, hingga mendeklarasikan perang dan mengerahkan pasukan.
(isa/bac)