Pakar BRIN Ungkap Sampai Kapan Hujan Guyur Jakarta, Ini Prediksinya

12 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Hujan masih terus mengguyur sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa waktu terakhir, meski seharusnya saat ini sudah masuk periode musim kemarau. Sampai kapan hujan deras guyur Jakarta?

Pakar Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin memprediksi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Indonesia, khususnya Jabodetabek, belum selesai di pekan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah 2-3 hari lalu menyampaikan waspada banjir Jabodetabek. Kalau pola MCC (Mesoscale Convective Complex) seperti ini itu memang benar-benar akan menimbulkan hujan yang ekstrem. Dan situasinya tinggi dan persisten gitu ya. Hujan deras yang lebih dari 2 jam," katanya dalam sebuah unggahan di media sosial X, Senin (7/7).

"Dan itu benar-benar terjadi selama 2 hari, menimbulkan banjir," tambahnya.

Erma mengatakan cuaca ini belum selesai di pekan ini, dan bahkan bisa menjadi lebih parah pada Agustus mendatang.

Saya enggak tahu ini sudah dipersiapkan atau enggak oleh pemerintah daerah masing-masing, terutama Jabodetabek. Karena ini belum selesai sampai tanggal 10-11, masih akan mengulang pola yang seperti kemarin," katanya.

"Khawatir banjirnya ini meluas. Kemudian nanti Agustus itu 2 kali lipat hujan yang sekarang. Terjadi di dasarian ketiga. Dasarian ketiga itu berarti tanggal 21 sampai akhir Agustus," lanjutnya.

Menurutnya, cuaca buruk pada periode Agustus kemungkinan sifatnya lebih merata. Ia mengatakan vorteks akan lebih dekat dengan wilayah Indonesia dan menimbulkan peningkatan intensitas dua kali lipat dibandingkan saat ini.

Dalam unggahan lain di Instagram, Erma meminta pemerintah agar bersiap untuk memitigasi banjir di Jabodetabek yang bisa meluas. Ia mengatakan banjir ini bisa menyebabkan kerugian yang sangat besar.

"Oleh karena itu pemerintah agar bersiap dan memitigasi banjir meluas di Jabodetabek, yang berpotensi menimbulkan kerugian Rp2-10 triliun jika terjadi banjir selama seminggu. Masyarakat agar waspada, terutama yang tinggal di sekitar DAS," katanya.

Dinamika atmosfer

Terpisah, pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada akhir Juni menunjukkan bahwa baru sekitar 30 persen zona musim (ZOM) di Indonesia yang telah memasuki periode musim kemarau.

Angka ini hanya mencapai setengah dari kondisi normal, dimana sekitar 64 persen jumlah ZOM yang secara klimatologis biasanya telah mengalami musim kemarau pada akhir Juni.

Kondisi iklim global saat ini sebenarnya menunjukkan ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir 2025. Namun, anomali curah hujan yang telah terjadi sejak Mei diperkirakan akan terus berlangsung hingga Oktober 2025.

BMKG menyebut melemahnya Monsun Australia yang berasosiasi dengan musim kemarau turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat, dan hal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut.

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |