Surabaya, CNN Indonesia --
Panitia Besar (PB) Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025 resmi menetapkan Kota Surabaya sebagai peraih emas di cabor futsal meski partai final dihentikan karena terjadi ricuh.
Kota Malang yang jadi lawan Kota Surabaya di partai final mendapatkan medali perak. Partai final antara kedua tim dihentikan saat Surabaya unggul 2-0.
Keputusan tersebut tertuang dalam surat resmi Nomor 426/02/Porprov Jatim IX/2025 tentang 'Penetapan Pemenang Pada Pertandingan Babak Final Cabor Futsal pada PORPROV Jatim IX/2025'. Surat itu ditandatangani langsung oleh Ketua PB Porprov Jatim IX/2025, Dedy Suhayadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam isi surat dijelaskan pertandingan final futsal antara tim putra Surabaya melawan Kota Malang dihentikan pada menit ke-32 dan 33 detik. Laga tersebut sempat beberapa kali terhenti karena gangguan dari penonton pendukung yang dianggap membahayakan keselamatan pemain, official, serta perangkat pertandingan.
"Hal ini juga diperkuat oleh pertimbangan dari pihak keamanan, yang menyatakan bahwa pertandingan tidak bisa dilanjutkan. Pertimbangan tersebut tertuang dalam Laporan Khusus Pertandingan dari Match Commissioner tertanggal 27 Juni 2025," kata Dedy melalui suratnya, Senin (30/6).
PB Porprov IX, menjelaskan sempat ada upaya dari Technical Delegate (TD) futsal untuk melanjutkan pertandingan dengan mengajukan permohonan penjadwalan ulang dan penggunaan venue kepada Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang. Namun, permohonan tersebut tidak dapat direalisasikan.
Kemudian dengan mempertimbangkan faktor keselamatan dan keamanan semua pihak yang terlibat, PB Porprov akhirnya menetapkan Surabaya sebagai juara dan peraih medali emas futsal putra.
"Mendasarkan pada pertimbangan di atas, PB Porprov IX Jawa Timur Tahun 2025 menetapkan tim Kota Surabaya sebagai pemenang pada babak final cabang olahraga futsal," tulis PB Porprov dalam keputusan resminya.
Menanggapi putusan tersebut, Ketua AFK Malang, Rizal Ghoniem mengaku, sejak awal pihaknya memang tidak setuju dengan opsi juara bersama yang sempat mencuat. Menurutnya, sikap sportif adalah menerima hasil pertandingan dengan lapang dada termasuk kekalahan.
"Kami menolak wacana juara bersama. Kami percaya, jiwa olahragawan sejati adalah mengakui kemenangan maupun kekalahan," ujar Rizal, Minggu (29/6).
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada tim futsal Surabaya dan menyampaikan kebanggaannya terhadap perjuangan tim Kota Malang atas apa yang sudah dilakukan.
"Kami hormat dan respek kepada tim lawan. Dan kami juga sangat bangga dengan tim kami," ungkapnya.
Sementara, Manajer Tim Futsal Putra Kota Malang, Rahmad Yuwono, menyatakan bahwa seluruh jajaran tim menghormati keputusan Asosiasi Futsal Provinsi (AFP) Jatim. Ia mengakui timnya tertinggal 0-2 saat laga dihentikan, namun hal itu tak mengurangi rasa bangga terhadap perjuangan para pemain.
"Pelatih, manajemen, dan official bangga atas semangat juang anak-anak yang sudah berlatih berbulan-bulan. Mereka telah memberikan segalanya di lapangan. Kami terima kekalahan ini dengan lapang dada, karena dalam pertandingan pasti ada menang dan kalah," ucap Rahmad.
Laga final cabang olahraga futsal putra Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur IX 2025, antara tim Surabaya melawan Kota Malang dihentikan akibat kericuhan, Jumat (27/6).
Kericuhan sendiri terjadi pada babak kedua. Diawali dengan chant bernada negatif kepada Tim Surabaya. Hal itu berlanjut ke aksi pelemparan botol air mineral dari tribune penonton. Pertandingan pun dihentikan selama 15 menit.
Saat pertandingan dilanjutkan, tensi panas ternyata belum mereda. Para pemain dari kedua tim kemudian terlibat benturan keras. Penonton yang tersulut kemudian kembali melakukan pelemparan botol ke arah pemain.
Pemain tim Surabaya kemudian dievakuasi ke area aman. Sedangkan pemain tim Malang masih berada di lapangan. 20 menit berselang, situasi tetap tak kunjung kondusif, laga pun harus ditunda hingga waktu yang tak ditentukan.
(jal/frd/jal)