Siklus Hidrologi Air: Pengertian, Proses, dan Fungsinya

1 day ago 5
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Siklus hidrologi adalah rangkaian berulang, bagaimana air bergerak di bumi dan mengapa sumber daya yang sangat penting ini selalu tersedia bagi kita.

Tiap tahapannya memiliki pengertian, proses, dan fungsinya masing-masing yang mendasar bagi keberlangsungan hidup. Mulai dari hujan yang membasahi tanah hingga air yang kembali ke atmosfer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siklus hidrologi atau siklus air merupakan jawaban untuk pertanyaan dari mana air hujan berasal dan bagaimana proses terbentuknya.

Proses tersebut disebut siklus hidrologi karena merupakan serangkaian peristiwa berkelanjutan di mana air bergerak dari bumi, menguap ke atmosfer, dan kemudian kembali lagi ke bumi secara terus-menerus.

Siklus ini melibatkan sembilan tahapan utama, yaitu evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, infiltrasi, serta aliran permukaan dan pengembalian ke lautan.

Pengertian siklus hidrologi

Melansir dari buku Hidrologi Terapan (2008) yang ditulis Bambang Triadmodjo, siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinu.

Selain berlangsung secara terus-menerus, siklus hidrologi juga merupakan siklus yang bersifat konstan pada sembarang daerah.

Proses ini dimulai dengan terjadinya penguapan air ke udara. Air yang menguap tersebut kemudian mengalami proses kodensasi (penggumpalan) di udara yang kemudian membentuk gumpalan-gumpalan yang dikenal dengan istilah awan.

Awan yang terbentuk kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim dan cuaca. Butiran-butiran air tersebut sebagian ada yang langsung masuk ke permukaan tanah (infiltrasi), dan sebagian mengalir sebagai aliran permukaan.

Aliran permukaan yang mengalir kemudian masuk ke dalam tampungan-tampungan seperti danau, waduk, dan cekungan tanah lain dan selanjutnya terulang kembali rangkaian siklus hidrologi.

Proses-proses dalam siklus hidrologi

Siklus hidrologi melibatkan serangkaian proses yang menggerakan air, meliputi evaporasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, aliran permukaan dan pengembalian ke lautan, dan lainnya. Berikut masing-masing penjelasannya, dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan sumber lainnya.

1. Evaporasi (penguapan)

Siklus hidrologi berawal dari evaporasi, yaitu proses di mana air berubah menjadi uap dan naik ke atmosfer. Ini terjadi ketika energi matahari memanaskan air di berbagai permukaan seperti lautan, danau, sungai, bahkan dari permukaan tanah dan tumbuhan.

Penguapan dari tumbuhan ini secara khusus dikenal sebagai transpirasi. Semakin tinggi suhu, semakin banyak pula air yang menguap. Proses evaporasi ini sangat penting dalam menentukan jumlah uap air di atmosfer, dan dampaknya sangat besar terhadap pola cuaca serta iklim di suatu wilayah.

2. Transpirasi

Proses yang kedua adalah transpirasi, berupa penguapan yang terjadi melalui peranan tanaman. Proses ini dapat terjadi mengingat jumlah air hujan yang turun tidak sepenuhnya dapat mengalir, melainkan ada beberapa jumlah air hujan yang tertahan pada tanaman.

3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan.

Tahapan ini menjadi unsur yang sangat penting dalam sebuah siklus hidrologi. Pasalnya, proses ini bernilai sama dengan kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai penguapan total dari lahan dan air yang diperlukan tanaman.

4. Sublimasi

Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Proses ini juga berperan dalam jumlah uap air yang terangkut ke atmosfer.

5. Kondensasi

Setelah uap air naik ke atmosfer, tahapan selanjutnya adalah kondensasi. Pada ketinggian tertentu, uap air ini mendingin dan berubah kembali menjadi tetesan air yang sangat kecil.

Tetesan-tetesan air inilah yang kemudian membentuk awan. Semakin rendah suhu di atmosfer, semakin mudah uap air ini mengembun. Tetesan air yang terbentuk di awan akan terus bergabung dan menyatu, membuat awan semakin besar dan pekat.

Menariknya, partikel-partikel kecil seperti debu atau polutan di udara juga bisa berperan sebagai "inti" tempat tetesan air mulai terbentuk di sekitarnya.

6. Adveksi

Selanjutnya adalah adveksi yang menjadi proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam suatu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.

Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.

7. Presipitasi (hujan, salju, atau es)

Ketika tetesan air dalam awan menjadi terlalu banyak dan berat untuk tetap melayang di udara, terjadilah presipitasi. Bentuk presipitasi ini bergantung pada suhu udara di sekitarnya.

Di wilayah tropis seperti Indonesia, hujan adalah bentuk presipitasi yang paling umum. Namun, di daerah dengan suhu yang lebih dingin, presipitasi bisa turun dalam bentuk salju atau bahkan es (hujan es).

Intinya, presipitasi adalah cara air kembali ke permukaan Bumi dari atmosfer.

8. Infiltrasi dan perkolasi

Sesampainya air di permukaan Bumi melalui presipitasi, sebagian dari air tersebut akan meresap ke dalam tanah. Proses peresapan ini disebut infiltrasi.

Air yang meresap ini kemudian mengisi cadangan air di bawah tanah yang disebut akuifer, yang merupakan sumber penting bagi sumur-sumur dan mata air alami.

Proses infiltrasi ini sangat vital bagi kesehatan ekosistem darat, karena tanah berfungsi sebagai penyimpan dan penyaring air, sebelum air tersebut diserap oleh tanaman dan digunakan oleh berbagai makhluk hidup.

9. Aliran permukaan dan pengembalian ke lautan

Tidak semua air hujan terserap ke dalam tanah, sebab sebagian lainnya akan mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan.

Aliran ini kemudian berkumpul, membentuk sungai, danau, atau waduk. Akhirnya, sungai-sungai ini akan mengalir menuju lautan, mengembalikan air ke habitat asalnya. Di sinilah siklus hidrologi kembali dimulai dari awal.

Aliran permukaan ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem air tawar dan bertindak sebagai penghubung antara berbagai bagian ekosistem, dari daerah hulu pegunungan hingga hilir di pesisir.

Fungsi penting siklus hidrologi

Tanpa siklus hidrologi, ketersediaan air di bumi tidak akan merata. Bayangkan, daerah dengan curah hujan tinggi menerima air langsung dari presipitasi, sedangkan wilayah kering sangat bergantung pada cadangan air bawah tanah yang terus terisi melalui proses infiltrasi.

Ini menunjukkan bagaimana siklus hidrologi memastikan distribusi air, meskipun tidak selalu seragam, untuk mendukung kehidupan di berbagai belahan dunia.

Lebih dari itu, siklus air juga memainkan peran krusial dalam mengatur iklim dan cuaca global. Proses evaporasi dari lautan adalah pemasok utama kelembapan yang kemudian membentuk badai dan hujan di seluruh dunia.

Awan, yang terbentuk dari kondensasi, punya fungsi ganda dalam mengelola suhu Bumi, yakni memantulkan sebagian energi matahari kembali ke luar angkasa.

Selain itu, mencegah pemanasan berlebih, sekaligus memerangkap panas yang dipancarkan dari permukaan bumi, membantu menjaga suhu agar tetap stabil.

Demikian penjelasan mengenai siklus hidrologi, pengertian, proses, dan fungsinya. Selamat belajar!

(gas/juh)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |