CNN Indonesia
Senin, 22 Des 2025 06:30 WIB
Swiss berencana mengikuti jejak Australia untuk melarang penggunaan media sosial bagi anak-anak. (Foto: AFP/Fabrice Coffrini)
Jakarta, CNN Indonesia --
Swiss berencana mengikuti jejak Australia untuk melarang penggunaan media sosial bagi anak-anak.
Pada Minggu (21/12), Menteri Dalam Negeri Elisabeth Baume-Schneider mengatakan Swiss perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi anak-anak dari risiko media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu menandakan keterbukaan Swiss terhadap kemungkinan pelarangan media sosial bagi anak-anak dan remaja.
Baume-Schneider mengatakan kepada surat kabar SonntagsBlick bahwa Swiss perlu mengkaji langkah Australia yang telah lebih dulu melarang penggunaan media sosial bagi anak di bawah usia 16 tahun.
"Perdebatan di Australia dan Uni Eropa sangat penting. Perdebatan itu juga harus dilakukan di Swiss. Saya terbuka terhadap larangan media sosial," ujar Baume-Schneider dikutip Reuters.
Politikus Partai Sosial Demokrat berhaluan kiri-tengah itu menegaskan "kita harus melindungi anak-anak dengan lebih baik."
Ia menekankan perlunya otoritas menelaah bentuk pembatasan yang tepat, mulai dari larangan penggunaan media sosial bagi anak-anak, pembatasan konten berbahaya, hingga penanganan algoritma yang mengeksploitasi kerentanan kaum muda.
Menurut Baume-Schneider, pembahasan mendalam akan dimulai pada tahun depan dengan dukungan sebuah laporan khusus.
"Kita juga tidak boleh melupakan platform media sosial itu sendiri: mereka harus bertanggung jawab atas apa yang dikonsumsi anak-anak dan remaja," ucap Baume-Schneider.
Rencana ini muncul dari pemerintah setelah parlemen kanton Fribourg di Swiss memutuskan melarang anak-anak menggunakan ponsel di sekolah hingga usia sekitar 15 tahun.
Kebijakan ini menjadi langkah terbaru di tingkat lokal di Swiss untuk membatasi penggunaan gawai di lingkungan sekolah.
Sementara itu, kebijakan larangan anak-anak menggunakan media sosial di Australia mendapat dukungan luas dari para orang tua dan kelompok pemerhati kesejahteraan anak, namun juga menuai kritik dari perusahaan teknologi besar serta para pembela kebebasan berekspresi.
(rds)
















































