KALEIDOSKOP 2025
Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Rabu, 31 Des 2025 10:15 WIB
Fajar/Fikri jadi salah satu wakil Indonesia yang tampil cukup apik di semester kedua tahun 2025. (Arsip PBSI)
Jakarta, CNN Indonesia --
Kegagalan di Olimpiade Paris 2024 masih menyisakan dampak di tahun ini. Namun pemain-pemain badminton Indonesia mulai menunjukkan sinyal untuk coba bangkit dan berdiri di atas kegagalan.
Berdasarkan proyeksi dan usia pemain, Olimpiade Paris 2024 seharusnya jadi titik puncak prestasi pemain-pemain Indonesia. Jonatan Christie, Anthony Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, hingga Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva ada di situasi yang seharusnya membuat mereka mengukir prestasi besar.
Namun, Tim Badminton Indonesia justru gagal meneruskan tradisi emas dan hanya Gregoria yang bisa membawa pulang medali perunggu. Catatan tersebut jelas jadi sebuah kegagalan besar bagi PBSI dan Tim Badminton Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Olimpiade berakhir, kepengurusan PBSI juga resmi berganti. Muhammad Fadil Imran kini bertugas sebagai Ketua Umum. Sejumlah program lalu dicanangkan namun transisi, terutama dalam hal prestasi, tidak langsung mulus berjalan.
Pada semester awal 2025, prestasi badminton Indonesia benar-benar parah. Tidak ada pemain Indonesia yang mampu merebut gelar Super 1000 dari tiga penyelenggaraan di Malaysia Open, All England, dan termasuk Indonesia Open.
Bukan hanya gelar di Super 1000, Indonesia juga kering gelar di turnamen Super 300 ke atas. Pemain yang bisa juara di turnamen tersebut bisa dihitung dengan jari.
Titik jenuh dan mungkin kekecewaan para pemain andalan usai gagal di Olimpiade Paris 2024 plus kegagalan mendorong regenerasi yang siap melapis pemain utama jadi kombinasi maut yang membuat Indonesia masih terpuruk di awal 2025.
Dari titik tersebut, harus disadari benar bahwa pembinaan tidaklah bisa instan. Kepengurusan baru PBSI tidak akan bisa langsung menciptakan pemain bintang, bila tidak banyak titik awal yang dipersiapkan oleh era sebelumnya.
Di akhir 2025, Indonesia mengoleksi total 10 gelar di turnamen Super 300 ke atas. Rinciannya, empat gelar Super 300, empat gelar Super 500, dan empat gelar Super 1000.
Meski membaik di semester kedua, catatan tersebut jelas tidaklah masuk kategori memuaskan. Belum lagi ditambah pada fakta penting bahwa Indonesia kembali hampa gelar di Kejuaraan Dunia dan BWF World Tour Finals.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>

















































