Israel Punya Iron Dome, RI Punya Sistem Pertahanan Udara Apa?

4 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Sistem pertahanan udara sebuah negara jadi salah satu aspek krusial dalam perang modern, seperti diperlihatkan Israel dan Iran hari ini.

Sorotan terutama pada sistem pertahanan udara Israel yang mengandalkan Iron Dome. Sistem ini jadi tumpuan utama Israel menangkis ribuan rudal yang diluncurkan oleh Hamas, Iran, hingga Hizbullah di Lebanon.

Secara harfiah, Iron Dome diartikan kubah besi. Dalam praktiknya, Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara yang digunakan Israel untuk menghancurkan rudal musuh yang memasuki wilayah udara negeri zionis tersebut. Rudal musuh dihancurkan di udara, sebelum mendarat ke objek sasaran.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan Iron Dome, Israel bisa meminimalisir korban jiwa dan aset-aset strategis mereka.

Konon, Iron Dome dikenal sebagai salah satu sistem pertahanan udara paling efektif di dunia yang dibuat Amerika Serikat.

Belakangan, kesaktian Iron Dome menangkal rudal-rudal musuh Israel dipertanyakan setelah sejumlah titik di pusat kota Tel Aviv tetap hancur akibat serangan misil Iran. Meski demikian, fakta itu tidak melunturkan arti pentingnya sebuah sistem pertahanan udara yang canggih bagi sebuah negara. 

Jika Israel memiliki Iron Dome, lantas apa sistem pertahanan udara yang dimiliki Indonesia?

Dengan berkembangnya teknologi persenjataan perang, negara-negara juga dituntut untuk terus memperbarui sistem pertahanan udara mereka.

Ada banyak sistem pertahanan udara di dunia, baik dikembangkan oleh pemerintah sebuah negara maupun pihak swasta. Sebuah negara memilih sistem pertahanan udara mereka disesuaikan dengan karakter geografi, strategi perang, dan faktor-faktor penting lainnya. 

Negara adidaya Amerika Serikat memiliki sejumlah sistem pertahanan udara seperti Iron Dome, THAAD, dan NASAMS. Ada pula Russia yang memiliki S-400 Triumf, dan Pantsir S1. Lalu, China yang memiliki HQ-9 dan HQ-22. 

Negara-negara tersebut juga memiliki armada udara lain seperti pesawat tempur, drone mengandalkan sistem pertahanan udara

Begitu pula dengan Indonesia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pertahanan, RI mulai tahun '60an memiliki sistem pertahanan udara Peluru Kendali (Rudal) SAM 75.

Rudal SAM 75 merupakan buatan Uni Soviet yang digunakan oleh Indonesia kala itu untuk operasi Trikora. Rudal SAM 75 umum dikenal selama Perang Dingin.

Namun, dibanding sistem pertahanan udara lain, Rudal SAM 75 lebih menyerupai misil biasa yang digerakkan secara manual tanpa memiliki sensor. Berbeda dengan sistem pertahanan udara modern lain yang mulai berkembang pada 1990an.

Sebagai contoh, Rudal SAM 75 hanya bisa menarget pesawat bomber atau pesawat lambat. Sedangkan, sistem pertahanan udara modern bisa multi-target seperti pesawat, rudal jelajah, drone, rudal balistik.

Meski begitu, RI tak lagi menggunakan Rudal SAM 75 mulai awal 80an. Kini RI, mulai menggunakan National Advance Surface to Air Missile System (NASAMS) sebagai pengganti Rudal SAM 75 sebagai sistem pertahanan udara.

NASAMS pertama kali muncul para era 1990an. NASAMS diproduksi perusahaan senjata asal Norwegia, Kongsberg Defence & Aerospace yang bekerja sama dengan Raytheon asal AS. Raytheon adalah perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan terkemuka di dunia.

Pemerintah lewat Kementerian Pertahanan menandatangani pembelian NASAMS pada 2017. Pada 31 Oktober 2017, situs resmi, Kongsberg mengumumkan telah menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan senilai 77 juta dolar AS terkait penjualan sistem pertahanan NASAMS. 

Kontrak tersebut terdiri dari kesepakatan pengiriman seperangkat sistem lengkap NASAMS berikut pos komando, radar, peluncur, radio, pelatihan hingga dukungan logistik lain.

"Misil AMRAAM akan dipasok terpisah berdasarkan kesepakatan antar pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat," demikian dikutip dari laman Kongsberg. 

AMRAAM adalah jenis rudal buatan Amerika Serikat yang bisa diluncurkan dengan NASAMS.

Jika dianalogikan sederhana, jika NASAMS merupakan busur, maka rudal AIM-120C AMRAAM merupakan anak panahnya.

Spesifikasi NASAMS

Kongsberg mengklaim NASAMS sebagai sistem pertahanan yang mampu melindungi aset sipil dan militer yang bernilai tinggi di darat, dari ancaman udara. 

"Fleksibilitas dan modularitas NASAMS yang melekat menjadikannya solusi terdepan di dunia dengan kemampuan unik untuk memerangi ancaman udara modern," klaim Kongsberg.

NASAMS disebut memiliki kemampuan untuk berintegrasi dengan berbagai sensor dan senjata yang berbeda, termasuk dengan AMRAAM.

Selain Indonesia, NASAMS juga digunakan beberapa negara lain, seperti Norwegia, AS, Australia, India, hingga Belanda.

Mengutip situs resmi Kemenhan, NASAMS merupakan sistem pertahanan udara terintegrasi yang menggunakan rudal sebagai sarana penghancur sasaran di udara, didukung radar dan command post sebagai sarana deteksi dan eksekusi target.

Sama seperti sistem pertahanan udara modern pada umumnya, NASAMS juga memiliki kemampuan untuk menangkis rudal jelajah, rudal udara ke darat, pesawat tempur/pembom tempur, drone maupun helikopter.

Pada 2021, Indonesia melengkapi NASAMS dengan membeli 200 rudal AIM-120C AMRAAM, satu dari dua varian rudal yang bisa digunakan oleh NASAMS, selain AMRAAM-ER, untuk jarak halau yang lebih jauh hingga lebih dari 40 kilometer. Sedangkan rudal AIM-120C AMRAAM yang digunakan Indonesia, jarak halau di bawahnya.

Kongsberg menyebut NASAMS sebagai sistem pertahanan udara dengan sejumlah fitur dan keunggulan. Sistem ini sudah mengadopsi net centric, mampu terlibat dalam beberapa pertempuran simultan, kemampuan Beyond Visual Range (BVR) atau penghancuran target di luar jarak visual. 

NASAMS juga diklaim bisa terintegrasi dan diadaptasikan dengan sistem pertahanan udara yang sudah ada di sebuah negara. Kemampuan jaringan NASAMS diklaim bisa memperluas area pertahanan dan meningkatkan kemampuan bertempur pasukan.

Pada April 2021, Prabowo yang kala itu masih menjabat Menhan menempatkan NASAMS di Teluk Naga, Tangerang.

Belum diketahui jumlah NASAMS yang dimiliki Indonesia. Namun, dengan luas wilayah lebih dari 5 juta kilometer persegi, Indonesia jelas butuh sistem pertahanan udara yang canggih.

Indonesia tak hanya mengandalkan NASAMS. Teknologi pertahanan udara lain juga dimiliki oleh Indonesia, termasuk berbagai jenis rudal. 

Selain itu Indonesia juga memiliki berbagai jenis pesawat, mulai dari jet tempur, kapal pengangkut, drone, hingga helikopter tempur.

Prabowo pada 2023 bahkan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU/Memorandum of Understanding) komitmen pembelian 24 unit pesawat tempur F-15EX baru dari Amerika Serikat (AS). Pesawat Jet tempur F-15EX merupakan jet tempur generasi 4.5.

Dikutip laman Kemenhan, penandatanganan itu dilakukan di The Boeing Company, St. Louis, Missouri dan pihak Amerika Serikat juga telah memberikan kode khusus bagi Indonesia untuk penggunaan F-15EX, yakni F-15IDN.

"Penandatanganan MoU komitmen pembelian 24 Unit Pesawat Tempur F-15EX," tulis Menhan Prabowo dalam unggahan foto di akun Instagramnya @prabowo.

Dalam unggahan tersebut terlihat Menhan Prabowo turut menyaksikan penandatanganan MoU tersebut dan menyempatkan melihat unit pesawat tempur tersebut di kantor Boeing bersama pejabat Kemhan dan The Boeing Company.

Baru-baru ini pemerintah juga mengumumkan penandatanganan MoU pembelian jet tempur generasi 5.0 buatan Turkish Aerospace Industries, KAAN.

"Memang ditandatangani itu kan adalah MoU, belum kontrak. MoU antara kita dengan Turki," kata Kepala Biro Informasi Pertahanan Kementerian Pertahanan Brigjen Frega Ferdinand Wenas kepada wartawan di Jakarta, Kamis (12/6).

(thr/wis)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
| | | |