Jakarta, CNN Indonesia --
Susu oat kerap dipilih sebagai alternatif susu sapi yang dianggap lebih ramah pencernaan dan berbasis nabati. Kandungan serat, vitamin, dan mineral di dalamnya membuat minuman ini tampak ideal untuk dikonsumsi sehari-hari.
Namun, di balik manfaatnya, konsumsi susu oat setiap hari juga dapat menimbulkan sejumlah dampak kesehatan, terutama pada kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar tidak keliru memilih, berikut tujuh potensi efek samping minum susu oat setiap hari yang perlu dipahami, melansir Verywell Health:
1. Reaksi alergi
Alergi oat memang tidak umum, tetapi tetap bisa terjadi. Pada orang yang sensitif, konsumsi susu oat dapat memicu kulit gatal, iritasi, atau kemerahan. Dalam kasus yang sangat jarang, reaksi alergi berat atau anafilaksis bisa muncul dan menyebabkan sesak napas.
Selain oat itu sendiri, reaksi alergi juga dapat dipicu oleh bahan tambahan, seperti xanthan gum, yang kerap digunakan sebagai pengental dan dapat menimbulkan gangguan pencernaan.
2. Perut kembung dan gangguan pencernaan
Oat dikenal mudah dicerna dan bahkan bermanfaat untuk kesehatan usus. Namun, kandungan seratnya yang cukup tinggi dapat menyebabkan perut kembung pada orang yang sensitif.
Bagi penderita penyakit celiac, oat juga bisa memicu reaksi karena mengandung avenin, protein yang mirip gluten. Tak hanya itu, beberapa produk susu oat mengandung emulsifier yang diduga dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, sehingga memicu rasa tidak nyaman pada saluran cerna.
3. Dampak gula tambahan
Tidak semua susu oat bebas gula. Sebagian produk menambahkan gula untuk meningkatkan rasa. Konsumsi gula tambahan berlebihan berisiko memicu kenaikan berat badan, masalah gigi, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung.
American Heart Association menyarankan asupan gula tambahan dibatasi sekitar 25 gram per hari untuk perempuan dan 36 gram per hari untuk laki-laki. Karena itu, membaca label nutrisi menjadi langkah penting sebelum memilih susu oat.
4. Asupan karbohidrat yang lebih tinggi
Susu oat relatif tinggi karbohidrat. Meski sebagian besar merupakan karbohidrat kompleks yang mengenyangkan, asupan berlebihan tetap dapat berkontribusi pada kenaikan berat badan atau rasa lelah.
Indeks glikemik susu oat berada pada kategori sedang, begitu pula beban glikemiknya. Artinya, konsumsi dalam jumlah besar atau tanpa kombinasi makanan lain berpotensi memengaruhi kadar gula darah, terutama pada penderita diabetes.
5. Paparan gluten atau kedelai tanpa disadari
Oat secara alami bebas gluten, tetapi proses produksi di fasilitas yang sama dengan gandum dapat menyebabkan kontaminasi silang. Selain itu, beberapa produk susu oat juga berisiko terkontaminasi kedelai.
Bagi orang yang menghindari gluten atau kedelai, memilih produk bersertifikasi bebas gluten menjadi langkah aman.
6. Dampak bahan tambahan
Sebagian merek susu oat mengandung minyak nabati, garam, pengental, atau pengawet. Bagi yang menjalani diet rendah garam atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, kandungan ini perlu diperhatikan.
Dalam jumlah kecil, susu oat juga bisa mengandung stabilizer seperti dipotassium phosphate. Pada penderita penyakit ginjal, zat ini berpotensi memperburuk kondisi dan berdampak pada kesehatan tulang serta jantung.
7. Tidak cocok untuk bayi
Susu oat tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi di bawah usia 12 bulan. Kandungan proteinnya lebih rendah dibanding susu sapi, dan kadar lemaknya mungkin tidak mencukupi untuk tumbuh kembang bayi. Selain itu, gula dan bahan tambahan pada susu nabati tidak direkomendasikan untuk bayi.
Untuk anak di atas satu tahun, susu oat boleh diberikan, tetapi tidak sebagai pengganti utama susu sapi tanpa pertimbangan gizi yang matang.
(tis/tis)

















































