Negara Paling Terdampak Jika Selat Hormuz Ditutup Sampai Ditutup Iran

4 hours ago 3
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Selat Hormuz tengah menjadi sorotan karena diancam akan ditutup oleh Iran di tengah perang dengan Israel.

Penutupan kawasan ini dikhawatirkan bisa berdampak ke negara lain karena merupakan salah satu urat nadi utama perdagangan minyak dunia.

Maklum, 20 persen pasokan minyak global melewati selat ini setiap hari. Hal ini menjadikannya titik kritis dalam sistem energi internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makanya, ketika muncul ancaman penutupan Selat Hormuz dampaknya bisa menjalar luas ke berbagai dunia.

Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mencatat aliran minyak melalui Selat Hormuz rata-rata mencapai 20 juta barel per hari (bph) pada 2024, atau setara dengan sekitar 20 persen dari konsumsi cairan minyak bumi global.

Pada kuartal pertama 2025, total aliran minyak melalui Selat Hormuz tetap relatif stabil dibandingkan 2024.

EIA memperkirakan 84 persen dari minyak mentah dan kondensat serta 83 persen dari LNG yang melewati Selat Hormuz pada 2024 dikirim ke Asia dengan negara tujuan utamanya China, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Keempat negara ini secara gabungan menerima 69 persen dari total aliran minyak mentah dan kondensat yang melewati Hormuz pada 2024.

1. China

EIA mencatat China merupakan salah satu pembeli terbesar minyak lewat Selat Hormuz dengan mengimpor 5,4 juta barel minyak mentah per hari pada kuartal pertama tahun ini.

Arab Saudi menjadi pemasok minyak mentah terbesar kedua bagi China dengan menyumbang 15 persen dari total impor minyaknya yaitu sebanyak 1,6 juta barel per hari.

Melansir Reuters, impor minyak mentah Tiongkok terutama berasal dari Rusia, kemudian disusul Arab Saudi.

Selain itu, China juga mengimpor minyak dari Iran. China mengimpor 1,3 juta barel minyak mentah Iran per hari pada April 2025, turun dari angka tertinggi dalam lima bulan pada Maret

Perusahaan analisis Kpler memperkirakan China membeli lebih dari 90 persen dari total ekspor minyak Iran.

[Gambas:Video CNN]

2. India

India sangat bergantung pada Selat Hormuz, dengan mengimpor 2,1 juta barel minyak mentah per hari melalui jalur tersebut pada kuartal pertama tahun ini. Sekitar 53 persen dari minyak yang diimpor India pada awal 2025 berasal dari pemasok Timur Tengah, khususnya Irak dan Arab Saudi.

Namun, karena waspada terhadap potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, New Delhi telah meningkatkan impor minyak Rusia selama tiga tahun terakhir.

"Kami telah memantau secara ketat situasi geopolitik yang terus berkembang di Timur Tengah selama dua minggu terakhir," kata Menteri Perminyakan dan Gas Alam India Hardeep Singh Puri di X, pada Minggu (22/5).

"Kami telah mendiversifikasi pasokan kami dalam beberapa tahun terakhir dan sebagian besar pasokan kami sekarang tidak lagi melalui Selat Hormuz," sambungnya.

3. Korea Selatan

EIA mencatat sekitar 68 persen atau 1,7 juta barel per hari impor minyak mentah Korea Selatan (Korsel) melewati Selat Hormuz. Korsel sangat bergantung pada pemasok utamanya, Arab Saudi, yang tahun lalu menyumbang sepertiga dari total impor minyaknya.

Kementerian Perdagangan dan Energi Korsel menyatakan bahwa sejauh ini belum ada gangguan dalam impor minyak mentah dan LNG Korea Selatan. Namun, Korsel tetap mengantisipasi kemungkinan krisis pasokan akibat potensi gangguan di Selat Hormuz.

"Pemerintah dan para pelaku industri telah bersiap menghadapi keadaan darurat dengan mempertahankan cadangan minyak strategis yang setara dengan sekitar 200 hari pasokan," kata kementerian dalam sebuah pernyataan.

4. Jepang

EIA mencatat Jepang mengimpor 1,6 juta barel minyak mentah per hari melalui Selat Hormuz. Data Bea cukai Jepang menunjukkan bahwa 95 persen impor minyak mentah tahun lalu berasal dari Timur Tengah.

Melansir Japan Times, Jepang sangat rentan terhadap gejolak di Timur Tengah meskipun secara geografis jauh dan tidak terlibat langsung dalam konflik. Penutupan Selat Hormuz dikhawatirkan bisa menyebabkan harga minyak melonjak.

"Sebagian besar minyak mentah dan gas diangkut melalui selat ini, jadi gangguan apa pun akan menghambat pengadaan energi dan menyebabkan lonjakan harga yang tajam," kata Yuki Togano, peneliti di Japan Research Institute.

Ia mengatakan harga minyak telah naik sekitar 10 persen sejak konflik Iran-Israel dimulai pada 13 Juni di mana harga minyak Brent berjangka kini diperdagangkan sekitar US$77 per barel. Jika Selat Hormuz ditutup, sambungnya, harga bisa melonjak hingga US$140 per barel.

(fby/agt)

Read Entire Article
| | | |